Skip to main content

Wasiet (17)

 RISKA cemberut saat melihat Raina melambai dari kejauhan. Gadis mungil itu memasang wajah tanpa dosa meski molor dari janji hampir satu jam lamanya.

Mereka janji bertemu pukul 14.00 WIB, namun kini sudah pukul 15.14 WIB. Padahal, menunggu merupakan pekerjaan yang sangat membosankan.

Riska kesal dengan kejadian di perpustakaan tadi dan kini juga bertambah gara-gara Raina. Hampir tiga jam lebih ia menungu di kantin dengan tiga gelas jus apel, satu piring mie Aceh dan 5 potong kue kering.

Belum lagi para mahasiswa yang melihat ke arahnya dengan sorotan tajam. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Riska mulai risih.

“Hai cantik. Sorry telat. Maaf ya,” ujar Raina.

Riska tetap memasang wajah cemberut. Ia benar-benar kesal.

“Sorry. Sebagai gantinya, aku yang traktir hari ini. Kamu bisa mekan apapun, aku yang bayar,” kata Raina lagi.

Lobi Raina kali ini sedikit membuat cemberut di wajah Riska menghilang. Namun gadis berdarah Jawa-Aceh itu sudah terlanjur kesal.

“Kalau janji jangan ngaret kenapa! Tepat waktu,” ujar Riska.

Raina lagi-lagi memasang wajah polosnya.

“Mbak Rai tahu kan jika aku belum punya teman di kampus?” katanya lagi.

Raina mengangguk. Ia tahu kalau bersalah. Namun ia juga senang bisa menggoda teman dan tetangga barunya itu.

“Ris. Aku ini orang Aceh. Jadi tak tepat waktu sudah menjadi gen-ku,” kata Raina setengah bercanda.

Mendengar pengakuaan itu, Riska kembali memasang wajah cemberut. Walaupun ia tahu jika Raina bercanda.

“Sudah ah. Males berdebat dengan Mbak Raina. Aku selalu kalah,” ujar Riska.

Raina tertawa lepas. Ia puas menggoda Riska. Raina memanggil Si Abang kantin untuk memesan minum.

“Es teh manis,” ujar dia.

Kini giliran Si Abang kantin yang berkerut mendengar pesanan Raina.

“Maksudnya teh hangat,” kata Raina meralat ucapannya. Si Abang mengangguk serta segera ke dapur. Hanya hitungan menit, Si Abang kembali ke meja Raina dengan segelas teh hangat.

Si Abang kemudian beralih pandang ke Riska. “Adek mau pesan lagi?” katanya sambil memungut gelas-gelas kosong di atas meja dua dara itu.

Riska menggeleng. Si Abang kemudian mundur ke dapur. Raina tersenyum melihat wajah Riska yang masih cemberut.

“Jangan kesal lagi dong. Kan sudah minta maaf. Janji aku yang traktir hari ini,” kata Raina lagi.

Riska mencoba menarik nafas panjang dan kemudian dilepasnya kembali. Ini dilakukan hingga tiga kali.

“Ini hari terburukku sejak datang ke Aceh. Dari tadi pagi ada aja yang buat kesal,” ujar Riska pelan. Raina justru tersenyum.

“Coba ceritain. Aku sepertinya melewati banyak cerita hari ini,” ujarnya.

“Pertama, tadi pagi ada orang yang soknya minta ampun. Kedua, tue lihat para lelaki pandangi Riska dengan tatapan aneh. Jadi takutkan. Terakhir, mbak Raina molor,” ujar Riska dengan nada berat.

Alis Raina melengkung mendengar pengakuan Riska. Ia kemudian menyorot seisi kantin. Apa yang disampaikan Riska ternyata memang benar. Para mahasiswa berulang kali terlihat curi-curi pandang ke arah mereka. Tapi Raina tahu jawaban dari keadaan ini.

“Wajar dong Ris. Cowok mana yang tidak salah tingkah dan mencuri perhatianmu. Mereka kan lelaki normal yang tertarik dengan gadis sepertimu,” ujar Raina sambil memegang wajah cantik Riska.

Jawaban Raina tak membuat kerutan di wajah Riska menghilang.

“Ada tue tadi. Di Perpus. Sok-nya minta ampun,” ujar Riska kemudian.

Perkataan Riska kali ini membuat Raina terdiam. Namun beberapa detik kemudian, tawanya justru pecah. Tawa lepas Raina membuat seisi kantin melihat mereka. []

[Bersambung]

Comments

Popular posts from this blog

Mudifah atau kunjungannya anak pondok

Hari kunjungan atau yang mereka sebutkan mudifah merupakan hari yang menyenangkan bagi anak pondok pesantren, karena hari itu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Yups, hari yang begitu special seperti lebarannya anak pondok.pada hari kunjungan mereka bisa bertemu dengan sanak family dan semua keluarga besarnya, bayangkan mulai pagi hari mereka udah mulai antri hp dipengasuhan dengan batas waktu yang ditentukan mereka lengkap memesan semua pesanan sama keluarganya, yang paling utama adalah makanan, mulai dari nasi sampai dengan makanan penutup. Yang penulis herankan, terkadang dari segoni pesanannya cuma satu  yang dimakan,padahal semua makanan yang pesan sama aja dengan makanan sehari-hari di pondok juga, ah mungkin itu bawaan dari orangtua jadi berasal paling maknyuus gitu. Mudifah kata yang tak asing bagi penghuni pondok, yang kata mereka pondok adalah penjara suci,,,banyak istilah bagi mereka anak pondok, ada yang namanya penjara suci ?? tidak  lain adalah pesantren. Jadi...

REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM

  Soal Diskusi Soal 1. Ciri-ciri reaksi eksoterm adalah A. Sistem menyerap kalor dari lingkungan B. Lingkungan menyerap kalor dari sistem C. Sistem dan lingkungan memiliki kalor sama D. Kalor sistem dan lingkungan jika dijumlahkan sama dengan nol E. Pada akhir reaksi, kalor lingkungan selalu lebih kecil dari kalor sistem Soal 2 . Jika reaksi antara logam barium dengan asam klorida encer di campurkan ke dalam tabung reaksi yang  tersumbat dengan rapat, gas hidrogen di dalam sistem tidak dapat meninggalkan sistem tetap terjadi perubahan energi melalui dinding pada tabung reaksi. pada percobaan ini termasuk ke dalam ... A. Sistem tertutup B. Perubahan entalpi C. Sistem terbuka D. Perubahan energi dalam  Evaluasi E. Sistem terisolasi Soal 3. Pernyataan di bawah ini yang termasuk ke dalam reaksi Endoterm adalah .... A. Besi berkarat B. Air mengalir C. Ledakan bom D. Pembuatan es batu dan air E. Pembakaran kayu Soal 4. Proses reaksi di alam yang berlangsung spontan seperti pert...

JUJUR MENUJU KEMENANGAN

Puji dan syukur marilah sama-sama kita ucapkan kehadiran Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan NikmatNya kepda kita semua. Allah yang telah menghiasi manusia dengan kejujuran menghiasi malam dengan bulan purnama. Shalawat dan salam marilah sama-sama kita sanjungkan kepada seorang pemuda arab,imam diwaktu sholat ,pemimpin diwaktu perang, buah hati siti aminah dan jantung hati siti khadijah. Tidak lain dan tidak bukan yakni nabi besar Muhammad SAW. Yang telah menuntut umat manusia dari alam yang salam kea lam yang benar, dari alam yang penuh kebohongan ke alam yang penuh kejujuran. Bapak dewan hakim, bapak dan ibu pendamping, teman –teman peserta lomba, dan hadirin yang saya hormati. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan pidato dengan judul: “JUJUR MENUJU KEMENANGAN ” Tema kejujuran tengah menjadi buah bibir banyak orang. Dikoran, televise, warung kopi, ruang belajar bahkan dipasar. Kejujuran hadir dengan gaung yang membahana. Kita seakan baru mengenal k...