Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2023

Sang Kombatan (12)

  SETELAH hampir dua pekan di markas Bang Yan. Aku menerima dua laporan penting. Pertama, anggota Tentara Nanggroe dari Bener Meriah, mengabarkan bahwa ratusan TNI mulai menyisir hutan Negeri Antara untuk mencari lokasi persembunyian Tentara Nanggroe. TNI mulai memasuki perbatasan Bener Meriah dan Aceh Utara. Sedangkan informasi kedua, beberapa hari lalu, pasukan Jamal terlibat kontak tembak dengan TNI. Beberapa anggotanya menuai ajal dalam pertempuran itu. Bang Yan kemudian meminta pasukan untuk menyebar. Aku, Ayah Halim, Said Adnan yang merupakan gubernur GAM Pasee, kemudian ada Syech Khadi, serta beberapa petinggi dari Peureulak, diminta untuk kembali bergerilya. Di sana, kami dijemput oleh Teungku Ramli dan Mawo’. Sedangkan Bang Yan memilih bergabung dengan salah satu pasukan di Pase. “Berangkatlah. Kalau umur kita panjang, kita akan bertemu kembali,” ujar Bang Yan saat rapat terakhir tadi pagi. Ia berulang kali menghisap rokok Benson & Hedges. Asap rokok made in London ini mem

Sang Kombatan (11)

  KICAUAN burung menyambut pagi pertama kami di markas Bang Yan. Mereka riuh dan saling bercengkarman di atas batang pohon. Tiga ekor tupai terlihat meloncat dari dahan yang satu ke dahan lainnya. Yang pertama berukuran cukup besar. Ia sangat lincah. Sedangkan dua lainnya berukuran kecil. Dua yang terakhir seakan masih ragu-ragu untuk melompat. Seperti sedang belajar. Namun tatapan sang tupai besar seolah memberi semangat. Dua tupai kecil pun mencoba hal yang sama dan ternyata berhasil. Mereka kemudian menghilang di antara perpohonan. Langit terlihat cerah berwarna biru. Gugusan awan putih hilir mudik di sana. Suara percikan air terdengar dari kejauhan. Kombinasi alam ini membuatku betah memandang. Pagi itu, Bang Yan terlihat sibuk dengan handphone. Delapan pengawalnya mengawal dari jarak dekat. “Pagi, Pakwa,” ujarnya saat melihatku. Aku mengangguk serta memberi hormat. Menurut informasi dari Bang Yan, perang terbuka terjadi di beberapa tempat malam tadi. Beberapa anggota pasukan Nangg

Sang Kombatan (10)

  USAI salat Dhuhur, salah seorang pasukan memanggilku. Raut wajahnya agak asing. “Mungkin bukan pasukan dari Pase,” pikirku. Ia memintaku untuk menghadap Sofyan Dawood. Di kalangan Tentara Nanggroe, kami biasa memanggilnya dengan sebutan Bang Yan. “Sebentar ya, saya pakai baju dulu,” jawabku. Aku segera meraih baju yang tergantung di dekat pintu. Sejak tiba tadi, kerjaanku memang hanya rebahan tanpa baju di ruang tamu. “Iyo mas,” ujarnya. Aku mengerut kening. Pria itu sepertinya mengerti keherananku. “Saya memang Wong Jawa. Tapi juga Tentara Nanggroe,” ujarnya lagi. Aku tersenyum mendengar hal ini. Aku bergegas turun. Kami kemudian mengarah ke sisi sungai. Di sana, Sofyan Dawood menungguku sambil tersenyum. Sofyan Dawood bersandar pada batang kayu yang sudah mati. “Aku memanggilmu kemari karena ingin diskusi. Sebagaimana yang kamu ketahui, kita sedang darurat militer. Di beberapa tempat, pasukan kita terdesak. Cepat dan lamban, daerah ini juga bakal dikuasai musuh. Aku ingin mengatur

Sang Kombatan (9)

  KAMI menggotong wanita tadi ke dalam rumah. Di dekat dapur, ada bangku panjang yang terbuat dari rotan. Di sanalah kami membaringkannya. Seorang anak kecil menerobos kerumunan pasukan. Ia menangis histeris.”Ibu, ibu,” kata dia. Ayah Halim menggendong anak tadi dan membawanya keluar rumah. Ia mencoba menenangkannya. Jamal kemudian muncul dengan Balsem di tangan. Ia mengoles Balsem di kening wanita tadi. Tak berapa lama, wanita itupun siuman. “Ya, Allah, ya tuhanku,” ujarnya berulang kali. “Maaf, saya terkejut. 5 menit sebelum kedatangan kalian, TNI masih berada di depan pintu.” Aku dan Jamal tersenyum. “Maaf jika membuat ibu terkejut. Kami sangat kehausan. Kami ingin meminta sedikit air sebelum meneruskan perjalanan. Tak ada maksud lain,” ujarku. Ibu tadi mengangguk. Ia kemudian terlihat sibuk memanaskan air. Hanya dalam hitungan menit, ia membawakan kami dua teko besar. “Satu berisi kopi dan satu lagi teh. Minumlah. Hanya ini yang saya miliki. Kami tak bisa belanja. Soalnya dari kema

Sang Kombatan (8)

  AYAH Halim memerintahkan dua   speed boat   milik Tentara Nanggroe untuk menjemput pasukan di perahu yang hampir karam. Tembakan balasan dari Tentara Nanggroe membuat TNI enggan mendekat. Mereka hanya terus menembak dari jarak jauh. Saling serang terjadi hingga belasan menit. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Tentara Nanggroe untuk menyelamatkan sejumlah pasukan yang menceburkan diri ke laut. Beberapa di antaranya, ada yang berenang hingga ke daratan. “Kenapa boat tadi berhenti. Apa yang terjadi,” tanya Jamal pada Suadi. Sosok yang ditanya bernafas putus-putus. “Ball..ling, baling-baling boat patah,” ujar Suadi dengan nafas ngos-ngosan. Ia terbaring lunglai di atas pasir. Beberapa anggota kemudian memapahnya ke tempat yang lebih aman. Jamal kemudian lari ke pantai. Ia mencoba menembak speed boat TNI. Sayang, pelurunya tak mengenai sasaran. Dari atas speed boat, TNI malah menembaki perahu yang ditumpangi Tentara Nanggroe tadi. Perahu itu akhirnya tenggelam. TNI tak berani mendekat ke dara

Sang Kombatan (7)

  SAAT cahaya fajar Kamis menyapa. Aku dan Ayah Halim telah siap berangkat. Demikian juga dengan Jamaika. Semalam, Bang Yan, sapaan akrab Sofyan Dawood, telah memerintahkan kami bertiga untuk bergabung dengan pasukan D4 Pase.  Markas ini berada di Jambo Aye, daerah Panton Labu, Kabupaten Aceh Utara. Kabarnya, pasukan D4 Pase sedang dalam pengepungan TNI. Untuk mencapai lokasi ini, Apa Syam menyarankan kami menggunakan jalur laut. “Ini untuk menghindari  swepping  TNI. Nanti seorang penghubung akan menunggu kalian di perairan Krueng Geukueh,” ujar Apa Syam semalam. Apa Syam juga menugaskan beberapa pasukannya untuk mengawal kami hingga lokasi penyemputan. Jarak antara Dewantara, markas D1 Pase ke lokasi penyembutan, hanya hitungan menit jika menggunakan sepeda motor. Di sana Ayah Sen, penghubung kami telah menunggu. Di dekatnya ada boat nelayan berbadan sedang. Ia memegang kantong plastik yang belakangan kami ketahui berisi baju bekas. “Tolong dipakai ini. Biar mirip nelayan sedikit. In