Skip to main content

Rajah dan Penyakit Mistis di Aceh

Rajah dan Penyakit Mistis di Aceh

Nusantara lekat dengan ragam praktik magis, salah satunya ialah rajah. Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, rajah dijelaskan ke dalam beberapa pengertian, yang pada dasarnya mengarah kepada satu tujuan, yaitu digunakan sebagai azimat untuk menolak penyakit dan sebagainya.

Dalam Seri Informasi Budaya berjudul “Rajah” Salah Satu Pengobatan Tradisional Ureueng Aceh terbitan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh 2010, rajah diartikan sebagai mantra/doa atau simbol-simbol seperti tato pada masyarakat suku Maya dan Anca di Amerika.

Selain dalam bentuk visual, rajah juga diucapkan secara lisan. Kendati cukup banyak tersebar di tengah masyarakat, rajah biasanya dipelajari secara turun-temurun alias diwariskan kepada keluarga atau orang dekat, kendati juga bisa dipelajari melalui guru.

Di sebagian kalangan masyarakat Aceh, orang yang merajah biasanya disebut ureung meurajah. Pengobatan dengan teknik rajah dibagi berdasarkan tipe dari ahli rajah.

Karena bertujuan untuk hal yang tidak biasa maka diperlukan syarat tertentu untuk bisa merajah. Di Aceh dikenal yang namanya penutoh, semacam diploma yang menyatakan seseorang layak atau tidak.

Penutoh didapat dari orang yang menjadi tempat mereka berguru. Setiap tingkat ilmu yang diamalkan ditempuh melalui semadi (kaluet) di gunung atau di tempat-tempat yang telah ditentukan oleh sang guru serta menjalani amalan tertentu.

Rajah cenderung digunakan untuk mengobati seseorang yang terkena serangan magis, seperti teluh, guna-guna, santet, dan sejenisnya. Sebagian masyarakat di Aceh menyebutnya peunyaket dônya (penyakit dunia).

Sebaliknya, terdapat juga rajah yang digunakan sebagai penangkal atau pelindung dari gangguan jin atau diyakini sebagai roh. Rajah jenis ini diaplikasikan dalam bentuk mantra sampai jimat yang harus dibawa oleh penggunanya kecuali ke tempat-tempat tertentu yang diharamkan.

Pada praktiknya, merajah mempunyai corak berupa praktik merapal doa ataupun mantra tertentu menurut jenis penyakit yang diderita dengan menggunakan kekuatan magis atau ilmu gaib yang diperoleh dari bermacam sumber. Salah satu sumber yang sering digunakan sebagai doa rajah ialah ayat Al-Qur’an.

Sebagian masyarakat di Aceh meyakini bahwa ada orang yang bisa memanggil spirit, yang selama ini menjaga dirinya (khadam). Orang yang bisa memanggil roh penjaga itu dikenal dengan sebutan pari.

Bahkan, ada pula kepercayaan bahwa di dunia ini terdapat orang yang diwarisi kelebihan dari pendahulunya. Orang ini diyakini dapat menyembuhkan (merajah) orang lain.

Untuk menunjang tingkat keberhasilannya, merajah minimal memenuhi tiga kelengkapan, meliputi ahli rajah, alat atau instumen pembantu, dan doa atau mantra.

Instrumen pembantu yang sering digunakan antara lain, jeruk purut (boh kruet). Kegunaan jeruk purut ini biasanya untuk menerawang (menduga-duga) penyakit yang dialamai seseorang.

Instrumen pembantu lainnya ialah kemenyan, yang dibagi atas kemenyan putih dan hitam. Kemenyan putih digunakan sebagai alat penangkal sedangkan yang hitam digunakan untuk tujuan buruk atau destruktif.

Untuk kedua keperluan tersebut kemenyan dibakar di atas pedupaan yang aktivitasnya disebut dengan thöt keumunyan. Asap kemenyan inilah yang diyakini menyalurkan semua tujuan yang ingin dicapai.

Dalam Seri Informasi Budaya berjudul “Rajah” Salah Satu Pengobatan Tradisional Ureueng Aceh terbitan BPSNT Banda Aceh 2010, terdapat beberapa penyakit yang upaya penyembuhannya bisa melalui rajah. Antara lain, sijundai, seureubok, burong, teukeunong, reuhat, dan teumeungu.

Sijundai terkenal di daerah pesisir barat dan selatan Aceh pada zaman dulu. Sijundai dikirim oleh seorang laki-laki terhadap seorang perempuan, atau sebaliknya (karena sakit hati sebab cinta ditolak), yang bisa menyebabkan korban gila.

Seureubok (serbuk) berupa ramuan berbahaya yang bertujuan untuk mencelakai orang lain. Burong merupakan penyakit yang disebabkan oleh jin dengan cara hinggap di tubuh korban (meurampot).

Teukeunong (terkena mantra kiriman orang) pada dasarnya hampir sama dengan meurampot, namun penyakit yang ditimbulkan lebih terlihat wajar. Reuhat merupakan jenis penyakit berupa rasa gatal yang sangat menyiksa mulai dari kulit hingga ke dalam daging yang bisa menyebabkan luka parah.

Adapun teumeugu, merupakan sejenis penyakit disebabkan oleh setan yang dipercaya berasal dari roh orang yang mati mengenaskan.

Sumber: liputan6.com

Comments

Popular posts from this blog

Mudifah atau kunjungannya anak pondok

Hari kunjungan atau yang mereka sebutkan mudifah merupakan hari yang menyenangkan bagi anak pondok pesantren, karena hari itu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Yups, hari yang begitu special seperti lebarannya anak pondok.pada hari kunjungan mereka bisa bertemu dengan sanak family dan semua keluarga besarnya, bayangkan mulai pagi hari mereka udah mulai antri hp dipengasuhan dengan batas waktu yang ditentukan mereka lengkap memesan semua pesanan sama keluarganya, yang paling utama adalah makanan, mulai dari nasi sampai dengan makanan penutup. Yang penulis herankan, terkadang dari segoni pesanannya cuma satu  yang dimakan,padahal semua makanan yang pesan sama aja dengan makanan sehari-hari di pondok juga, ah mungkin itu bawaan dari orangtua jadi berasal paling maknyuus gitu. Mudifah kata yang tak asing bagi penghuni pondok, yang kata mereka pondok adalah penjara suci,,,banyak istilah bagi mereka anak pondok, ada yang namanya penjara suci ?? tidak  lain adalah pesantren. Jadi...

JUJUR MENUJU KEMENANGAN

Puji dan syukur marilah sama-sama kita ucapkan kehadiran Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan NikmatNya kepda kita semua. Allah yang telah menghiasi manusia dengan kejujuran menghiasi malam dengan bulan purnama. Shalawat dan salam marilah sama-sama kita sanjungkan kepada seorang pemuda arab,imam diwaktu sholat ,pemimpin diwaktu perang, buah hati siti aminah dan jantung hati siti khadijah. Tidak lain dan tidak bukan yakni nabi besar Muhammad SAW. Yang telah menuntut umat manusia dari alam yang salam kea lam yang benar, dari alam yang penuh kebohongan ke alam yang penuh kejujuran. Bapak dewan hakim, bapak dan ibu pendamping, teman –teman peserta lomba, dan hadirin yang saya hormati. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan pidato dengan judul: “JUJUR MENUJU KEMENANGAN ” Tema kejujuran tengah menjadi buah bibir banyak orang. Dikoran, televise, warung kopi, ruang belajar bahkan dipasar. Kejujuran hadir dengan gaung yang membahana. Kita seakan baru mengenal k...

makalah SO3 ( sulfur trioksida)

BAB I PENDAHULUAN A.   latar belakang Sulfur trioksida murni merupakan padatan putih dengan titik leleh dan titik didih yang rendah. Sulfur trioksida bereaksi cepat dengan uap air di udara membentuk asam sulfat. Ini berarti bahwa jika kita membuatnya di laboratorium, maka akan tampak sebagai padatan dengan asap di udara (membentuk kabut asam sulfat).Terdapat bentuk polimer lainnya di mana molekul SO3 bergabung membentuk rantai panjang. Sulfur trioksida pada suhu kamar dan tekanan atmosfer adalah cairan tak bewarna yang berasap di udara. Melacak jumlah air asam sulfat dapat mengkatalis pembentukan polimer. Sulfur trioksida bereaksi hebat dengan air menghasilkan kabut dari embun asam sulfat pekat. Sulfur trioksida sendiri akan bereaksi secara langsung dengan basa membentuk sulfat. Sebagai contoh, reaksi dengan kalsium oksida membentuk kalsium sulfat. Ini seperti reaksi dengan sulfur dioksida yang telah dijelaskan di atas. Sulfur trioksida dalam keadaan gas, t...