TERMOKIMIA
Siswaku yang berbahagia, apakah kegiatan di ekstrakurikuler
pramuka pada malam hari yang memberikan kesan paling menyenangkan? Ya, betul
kegiatan api unggun.
Perhatikan gambar berikut!
Gambar 1. Kegiatan Api
Unggun pada pramuka (sumber : https://manyogya1.sch.id)
Salah satu fungsi api unggun adalah untuk menghangatkan badan
para peserta kegiatan. Suasana malam hari yang dingin akan lebih hangat dengan
adanya api unggun yang menyala. Hal
tersebut menunjukan panas dari api unggun akan berpindah menuju lingkungan
sekitarnya. Panas tersebut dalam IPA dikenal dengan istilah kalor. Kalor
merupakan salah satu bentuk energi. Kalor ini dapat dideteksi dengan
menggunakan indikator suhu zat tersebut, semakin tinggi suhu, semakin tinggi
kalor yang dimiliki benda tersebut. Pada hukum termodinamika, dikenal istilah
hukum kekekalan energi yang menyatakan energi tidak dapat diciptakan atau tidak
dapat dimusnahkan, energi hanya dapat berubah dari bentuk yang satu ke bentuk
energi yang lainnya. Total energi yang dimiliki oleh suatu benda disebut Energi Dalam (E). Besarnya energi
dalam tidak dapat ditentukan bila zat tersebut belum mengalami perubahan, yang dapat ditentukan adalah perubahan
energinya, atau ∆E. yang mana secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
∆E = q + w
Di mana q merupakan jumlah kalor sistem dan w merupakan kerja,
yaitu merupakan kemampuan melakukan usaha. Hal ini terjadi pada reaksi yang
menghasilkan gas, sehingga akan mampu memberikan tekanan (P) yang diakibatkan
karena perubahan volume (∆V) . Secara matematis dituliskan:
w = P∆V
Karena reaksi kimia biasa terjadi pada tekanan tetap dan tidak
terjadi perubahan volume, maka nilai ∆V = 0, maka kerja (w) akan bernilai =
0. Sehingga besarnya ∆E akan ditunjukan oleh besarnya kalor yang dimiliki oleh benda
tersebut, secara matematis dituliskan:
∆E = q
Pada termodinamika, total energi dalam (E) dikenal dengan
istilah Entalpi (H), yaitu jumlah total energi dari suatu sistem yang diukur
pada kondisi tekanan tetap.
Sama dengan Energi dalam,
entalpi tidak dapat diukur besarnya, yang dapat ditentukan besarnya
adalah perubahan entalpi, ∆H. Dengan demikian besarnya perubahan
entalpi merupakan besarnya nilai kalor yang dimiliki oleh suatu sistem.
∆H = q
Besarnya perubahan entalpi berarti selisih antara entalpi
akhir dan entalpi awal.
Secara matematis dapat dituliskan:
∆H = H akhir – H awal
2. Sistem dan lingkungan
Pada saat mempelajari termokimia, kita harus paham mana yang
menjadi pusat pengamatan, mana yang bukan. Segala sesuatu yang menjadi pusat
pengamatan disebut sistem, sedangkan segala sesuatu di luar sistem dan dapat
mempengaruhi sistem disebut lingkungan. Berdasarkan perpindahan kalor dan
materi, sistem dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: - Sistem Terbuka merupakan
suatu sistem dimana dapat dimungkinkan terjadinya perpindahan kalor serta
materi. - Sistem Tertutup merupakan suatu sistem dimana dapat dimungkinkan
terjadinya perpindahan kalor, tetapi tidak terjadi perpindahan materi. - Sistem
Terisolasi merupakan suatu sistem dimana tidak dimungkinkan terjadinya
perpindahan kalor dan materi.
Perhatikan gambar berikut!
Gambar 2. Contoh
Sistem terbuka (a) Sistem tertutup (b) dan sistem terisolasi (c) (Sumber :
Kimia XI Untuk SMA dan MA; Penerbit Intan Pariwara)
3. Jenis-jenis Reaksi Berdasarkan Perubahan Energi
Muridku yang kami banggakan, setelah kalian memahami apa itu
perubahan entalpi, selanjutnya kita akan mempelajari jenis reaksi berdasarkan
perubahan energinya. Sesuai hukum
Termodinamika, perpindahan kalor secara spontan terjadi pada benda yang
memiliki perbedaan suhu. Dalam termokimia, hanya ada 2 kemungkinan perbedaan
suhu, yaitu suhu sistem lebih tinggi dari suhu
lingkungan atau suhu sistem yang lebih rendah dari suhu lingkungan.
Untuk lebih jelasnya kita pelajari satu persatu.
a. Eksoterm
Apa yang akan terjadi bila suhu sistem lebih tinggi dari suhu
lingkungan? Untuk lebih jelasnya silahkan kalian perhatikan ilustrasi berikut!
Gambar 3.
Contoh kondisi pelepasan kalor (Eksoterm) (Sumber :
dokumentasi penulis)
Pada keadaan di mana suhu sistem lebih tinggi maka akan
terjadi aliran kalor dari sistem menuju lingkungan, seperti yang ditunjukan
pada tanda panah pada gambar di atas, dengan kata lain kalor akan keluar menuju
lingkungan. Hal ini dikenal dengan proses eksoterm.
Bagaimana besarnya perubahan entalpi dalam keadaan ini? Pada
keaadaan seperti ini kalor sistem dikeluarkan menuju lingkungan, maka entalpi
akhir reaksi akan menjadi lebih kecil dibanding entalpi awal sebelum reaksi.
Dengan demikian besarnya perubahan entalpi (∆H) adalah:
∆H = H akhir – H awal
∆H = kecil – besar
∆H < 0 , atau bertanda negatif ( – )
Dengan demikian pada reaksi eksoterm besarnya nilai perubahan
entalpi bertanda negatif. Ciri reaksi eksoterm ini terjadi pada reaksi yang
mengalami kenaikan suhu.
b. Endoterm
Apa pula yang akan terjadi bila suhu sistem lebih rendah dari
suhu lingkungan?
Untuk lebih jelasnya silahkan kalian perhatikan ilustrasi
berikut!
Contoh kondisi penyerapan kalor (Endoterm) (Sumber :
dokumentasi penulis)
Pada keadaan di mana suhu sistem lebih rendah dari suhu
lingkungnan maka akan terjadi aliran kalor dari lingkungan menuju sistem,
seperti yang ditunjukan pada tanda panah pada gambar di atas, dengan kata lain
kalor akan masuk menuju sistem. Hal ini dikenal dengan proses endoterm.
Pada keaadaan seperti ini kalor sistem bertambah, maka entalpi
akhir reaksi akan menjadi lebih besar dibanding entalpi awal sebelum reaksi.
Dengan demikian besarnya perubahan entalpi (∆H) adalah:
∆H = H akhir – H awal
∆H = besar – kecil; ∆H > 0 , atau bertanda positif ( + )
Dengan demikian pada reaksi endoterm besarnya nilai perubahan
entalpi bertanda positif. Ciri reaksi endoterm ini terjadi pada reaksi yang
mengalami penurunan suhu.
4. Persamaan Termokimia
Suatu persamaan reaksi kimia yang diikuti dengan nilai
perubahan entalpi yang menyertai reaksi tersebut dikenal dengan istilah
persamaan termokimia.
Sebagai contoh :
2 H2 (g)
+ O2 (g) ⟶
2 H2O (g) ∆H = – 489,6 kJ
Dari persamaan termokimia di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam pembentukan 2 mol uap air (H2O)
akan disertai pelepasan energi sebesar 489,6 kJ. Tanda negatif pada nilai ∆H persamaan termokimia diatas bukan menunjukan nilai
sebenarnya, tetapi menunjukan bahwa pada reaksi tersebut terjadi pelepasan
kalor atau bersifat eksoterm.
Contoh soal :
Tuliskan persamaan termokimia untuk penguraian 1 mol uap air
bila diketahui reaksi sebagai berikut:
2 H2 (g)
+ O2 (g) ⟶
2 H2O (g) ∆H = – 489,6 kJ
Jawab:
Pada soal diketahui reaksi pembentukan, padahal yang
ditanyakan adalah reaksi penguraian, maka reaksinya harus berbalik arah, begitu
pula dengan nilai ∆H- nya juga berganti tandanya, yang awalnya negatif berubah
menjadi positif. 2 H2O (g)
⟶ 2 H2
(g) +
O2 (g) ∆H = + 489,6 kJ Pada reaksi tersebut masih
merupakan penguraian 2 mol H2O, padahal yang ditanyakan hanya
penguraian 1 mol, maka reaksi serta nilai ∆H-nya juga harus disesuaikan dengan
dibagi menjadi 2, sehingga menghasilkan persamaan termokimia sebagai berikut: H2O
(g) ⟶ H2 (g) + ½ O2
(g) ∆H = + 242,8 kJ
Jadi jawaban dari pertanyaan tersebut adalah:
H2O (g) ⟶ H2
(g) +
½ O2 (g) ∆H =
+ 242,8 kJ
Pada persamaan termokimia, perubahan arah reaksi akan merubah
pula tanda nilai perubahan entalpi (∆H). Misalkan pada persamaan termokimia
pembentukan suatu senyawa perubahan entalpinya positif, maka bila reaksi akan
diubah menjadi reaksi penguraian, nilai perubahan entapli juga berubah menjadi
negatif, begitu pula sebaliknya. Demikian pula pada besarnya nilai ∆H, besarnya nilai ini akan ikut menyesuaikan
dengan kooefisien pada persamaan reaksinya.
5. Diagram Tingkat Energi
Suatu reaksi dapat pula dituliskan berupa diagram tingkat
energi untuk menunjukan nilai perubahan entalpinya. Misalkan suatu reaksi
tentang proses pencairan es batu menjadi air dengan persamaan termokimia
sebagai berikut:
H2O (s) ⟶
H2O (l) ∆H = +
6,01 kJ
Apabila dituliskan dengan diagram tingkat energi maka akan
menjadi seperti:
Begitu pula seandainya akan dibuat menjadi diagram
tingkat energi pada proses pembekuan air, berdasar persamaan termokimia di atas
maka diagram tingkat energi akan menjadi:
Seperti yang telah kalian pelajari pada kegiatan
pembelajaran sebelumnya, entalpi reaksi adalah besarnya entalpi yang menyertai
suatu reaksi. Besarnya entalpi reaksi juga sangat beragam, ada yang menyerap,
ada pula yang melepas kalor. Perhatikan gambar berikut!
Gambar 1
Perobohan Gedung Dengan Peledakan (sumber: https://news.detik.com/berita/d-3225080)
Gambar tersebut menunjukan besarnya entalpi reaksi dapat
dimanfaatkan untuk merobohkan gedung bertingkat hanya hitungan detik. Akan
tetapi tidak semua entalpi reaksi yang dihasilkan sama, bergantung kepada
reaksinya.
Berdasar jenis reaksinya, entalpi reaksi dibedakan menjadi 8
jenis, yaitu:
1. Entalpi Pembentukan
Entalpi pembentukan merupakan entalpi yang dibutuhkan atau dilepaskan pada pembentukan
1 mol senyawa dari unsur-unsurnya.
Apabila pengukuran perubahan entalpi pembentukan dilakukan pada keadaan
standar (25 OC dan tekanan 1 atm) maka disebut perubahan entalpi
pembentukan standar (∆Hf°)
Contoh :
N2 (g)
+ 3 H2 (g) ⇌
2 NH3 (g) π₯H = – 92 kJ
Pada reaksi di atas, untuk membentuk 2 mol gas amonia, NH3,
terjadi pelepasan kalor sebesar 92 kJ. Dengan demikian untuk membentuk 1 mol
gas amonia akan terjadi pelepasan kalor sebesar 92/2 kJ atau sebesar 46 kJ.
Karena persamaan termokimia di atas merupakan pembentukan senyawa dari
unsur-unsurnya maka dapat disimpulkan perubahan entalpi pembentukannya = – 46
kJ/mol.
2. Entalpi Penguraian
Perubahan entalpi yang
dibutuhkan atau dilepaskan pada penguraian 1 mol senyawa menjadi
unsur-unsur penyusunnya yang diukur pada keadaan standar.
Apabila pengukuran perubahan entalpi penguraian dilakukan pada
keadaan standar (25 OC dan tekanan 1 atm) maka disebut perubahan entalpi
penguraian standar (∆Hd°).
Contoh:
2 H2O (g) ⟶ 2 H2 (g)
+ O2 (g)
π₯H = + 485,6 kJ
Pada reaksi di atas, untuk menguraikan 2 mol uap air (H2O),
dibutuhkan kalor sebesar 485,6 kJ. Dengan demikian untuk menguraikan 1 mol uap
air akan membutuhkan kalor sebesar 485,6/2 atau sebesar 242,8 kJ. Karena
persamaan termokimia di atas merupakan penguraian senyawa menjadi unsur-unsurnya
maka dapat disimpulkan perubahan entalpi pembentukannya = + 242,8 kJ/mol.
3. Entalpi Pembakaran
Perubahan entalpi yang
dibutuhkan atau dilepaskan pada pembakaran sempurna 1 mol zat yang
diukur pada keadaan standar. Apabila pengukuran perubahan entalpi pembakaran
dilakukan pada keadaan standar (25 OC dan tekanan 1 atm) maka
disebut perubahan entalpi pembakaran standar (∆Hc°)
Contoh:
2 CH3OH (l)
+ 3 O2 (g) ⟶
2 CO2 (g) + 4 H2O (g) π₯H = – 1.277 kJ
Pada reaksi pembakaran di atas, untuk membakar sempurna 2 mol
metanol (CH3OH), menghasilkan kalor sebesar 1.277 kJ. Dengan demikian pada
pembakaran 1 mol metanol akan menghasilkan kalor sebesar 1.277/2 atau sebesar
638,5 kJ.
Karena persamaan termokimia di atas merupakan pembakaran
sempurna maka dapat disimpulkan perubahan entalpi pembakarannya = – 638,5
kJ/mol.
4. Entalpi Penetralan
Perubahan entalpi yang
dibutuhkan atau dilepaskan pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1
mol basa oleh asam yang diukur pada keadaan standar. Apabila pengukuran
perubahan entalpi penetralan dilakukan pada keadaan standar (25OC
dan tekanan 1 atm) maka disebut perubahan entalpi penetralan standar (∆Hn°)
Contoh:
2 NaOH (aq) + H2SO4 (aq) ⟶
Na2SO4 (aq)
+ 2 H2O (l) π₯H = – 200 kJ
Pada reaksi penetralan di atas, untuk menetralkan 2 mol NaOH
membutuhkan 1 mol H2SO4
dengan menghasilkan kalor sebesar 200 kJ. Dengan demikian perubahan entalpi
penetralan NaOH = – 200 kJ/2 mol = – 100 kJ/mol, sedangkan penetralan H2SO4
= – 200 kJ/1 mol = – 200 kJ/mol.
5. Entalpi Penguapan
Perubahan entalpi yang
dibutuhkan atau dilepaskan pada penguapan 1 mol zat dalam fasa cair
menjadi fasa gas yang diukur pada
keadaan standar. Apabila pengukuran perubahan entalpi penguapan dilakukan pada
keadaan standar (25 OC dan tekanan 1 atm) maka disebut perubahan
entalpi penguapan standar (∆Hvap°)
Contoh:
H2O (l) ⟶ H2O
(g) π₯H = + 44 kJ
Pada proses penguapan 1 mol H2O dari fasa cair
menjadi fasa gas, dibutuhkan kalor sebesar 44 kJ, dengan demikian perubahan entalpi
penguapan = + 44 kJ/mol.
6. Entalpi Peleburan
Perubahan entalpi yang
dibutuhkan atau dilepaskan pada pencairan 1 mol zat dalam fasa padat
menjadi fasa cair yang diukur pada
keadaan standar. Apabila pengukuran perubahan entalpi peleburan dilakukan pada
keadaan standar (25 OC dan tekanan 1 atm) maka disebut perubahan entalpi
peleburan standar (∆Hfus°)
Contoh:
H2O (s) ⟶ H2O
(l) π₯H = + 6,01 kJ
Pada proses peleburan 1 mol H2O dari fasa padat
menjadi fasa cair, dibutuhkan kalor sebesar 6,01 kJ, dengan demikian perubahan
entalpi peleburan H2O = + 6,01 kJ/mol.
7. Entalpi Penyubliman
Perubahan entalpi yang
dibutuhkan atau dilepaskan pada penyubliman 1 mol zat dalam fasa padat
menjadi fasa gas yang diukur pada
keadaan standar. Apabila pengukuran perubahan entalpi penyubliman dilakukan
pada keadaan standar (25OC dan tekanan 1 atm) maka disebut perubahan
entalpi penyubliman standar (∆Hsub°).
Contoh:
H2O (s) ⟶ H2O
(g) π₯H = + 50,01 kJ
Pada proses penyubliman 1 mol H2O dari fasa padat
menjadi fasa gas, dibutuhkan kalor sebesar 50,01 kJ, dengan demikian perubahan
entalpi penyubliman H2O = +50,01 kJ/mol.
8. Entalpi Pelarutan
Perubahan entalpi yang
dibutuhkan atau dilepaskan pada pelarutan 1 mol zat terlarut yang diukur
pada keadaan standar. Apabila pengukuran perubahan entalpi pelarutan dilakukan
pada keadaan standar (25 OC dan tekanan 1 atm) maka disebut
perubahan entalpi pelarutan standar (∆Hsol°)
Contoh:
HCl(g) ⟶ HCl (aq) π₯H = – 75,14 kJ
Pada proses pelarutan 1 mol HCl dari fasa gas menjadi fasa
larutan, menghasilkan kalor sebesar 75,14 kJ, dengan demikian perubahan entalpi
pelarutan HCl = – 75,14 kJ/mol.
1. Penentuan Entalpi Reaksi Berdasar Data Percobaan
Kalorimetri yaitu Perubahan entalpi adalah perubahan kalor
yang diukur pada tekanan konstan, untuk menentukan perubahan entalpi dilakukan
dengan cara yang sama dengan penentuan perubahan kalor yang dilakukan pada
tekanan konstan. Salah satu cara pengukuran kalor reaksi dapat dengan
menggunakan kalorimeter. Cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan
kalorimeter disebut kalorimetri. Alat yang digunakan adalah kalorimeter yaitu
alat yang digunakan untuk mengukur perubahan energi termal atau perpindahan
kalor.
Perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui
pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi tersebut.
Gambar 1.
Kalorimeter Bomb
(Sumber : https://apayangdimaksud.com/kalorimeter/)
Gambar 2 Kalorimeter Sederhana di laboratorium kimia (A) dan
kalorimeter dari gelas styrofoam (Sumber :
https://www.tokopedia.com/alpermedia/kalorimeter-tekanan-tetap dan http://www.chem.co.id/2019/01/65-kalorimetri.html)
Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi ( tidak ada
perpindahan materi maupun energi dengan lingkungan di luar kalorimeter ).
Secara garis besar Kalorimeter dibedakan menjadi dua, yaitu kalorimeter bom dan
kalorimeter sederhana. Prinsip kerja kalorimetri adalah dengan penerapan azaz
Black, yakni dua buah zat atau lebih
dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan melepaskan kalor
sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, sampai tercapai
kesetimbangan termal.
Menurut azas Black :
Kalor yang dilepas = kalor yang diterima Rumus yang digunakan adalah :
q = m . c . ∆T
q kalorimeter
= C x ∆T
dengan :
q = jumlah kalor ( J )
m = massa zat ( g )
∆T = perubahan suhu ( oC atau K )
c = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J
/ g. K )
C = kapasitas kalor ( J / oC ) atau (
J / K )
Kalorimeter merupakan sistem terisolasi sehingga tidak ada
kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi = kalor yang diserap/
dibebaskan oleh larutan dan kalorimeter dengan tanda berbeda.
qreaksi = –
(qlarutan + qkalorimeter )
Pada prakteknya qkalorimeter sering diabaikan pada
perhitungannya.
Contoh soal:
Sebanyak 4 gram natrium hidroksida (Mr NaOH = 40) dimasukan ke
dalam kalorimeter yang berisi 400 ml air,
ternyata larutan hasil reaksi mengalami kenaikan 10 oC dari
suhu mula-mula. Bila massa jenis air = 1 gram/ml dan kalor jenis larutan = 4,2
J gr-1oC-1, tentukan perubahan entalpi pelarutan natrium hidroksida! (asumsikan masa larutan
hanya masa air) Jawab: Berdasar data dari soal : masa air = V. mj = 400
mL . 1 g/mL = 400 g
c = 4,2 J gr-1
oC-1
π₯T = 10 OC
q
= m . c . π₯T
=
400 g . 4,2 J gr-1 oC-1 . 10 OC
=
16.800 J
=
16,8 kJ
2. Penentuan Entalpi Reaksi Berdasar Perubahan Entalpi
Pembentukan Standar (π₯π―ππ)
Kalor suatu reaksi dapat ditentukan berdasar data entalpi
pembentukan zat pereaksi dan zat produknya. Dalam hal ini , zat pereaksi
dianggap terlebih dahulu terurai menjadi unsur-unsurnya, kemudian unsur-unsur
tersebut bereaksi membentuk zat produk. Entalpi pembentukan zat yang diukur
pada keadaan standar merupakan harga π₯π» , oleh karena
itu perubahan entalpi Adapun rumus
perhitungannya adalah:
π₯H = π΄ π₯π» (produk) – π΄ π₯π» (reaktan)
Contoh soal:
Diketahui perubahan entalpi pembentukan standar:
CH3OH (l) = – 238,6 kJ/mol
CO2 (g) = – 393,5 kJ/mol
H2O (l) = – 286,0 kJ/mol
Ar H = 1, Ar C = 12, Ar O = 16
a. Tentukan entalpi pembakaran metanol, CH3OH !
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8
gram metanol!
Jawab:
a. Reaksi pembakaran metanol berarti metanol direaksikan
dengan oksigen, sebagai berikut:
CH3OH (l) + 3/2O2
(g) → CO2 (g) + 2H2O (g)
π₯H = ?
π₯H = π΄ π₯π» (produk) – π΄ π₯π» (reaktan)
=
(1.π₯π» CO2 + 2.π₯π» H2O) – (π₯ π» CH3OH + 3/2.π₯π» O2)
=
(– 393,5 kJ + 2mol. – 286,0 kJ/mol) –(– 238,6 kJ + 3/2 mol.0
kJ/mol)
=
(– 393,5 kJ + ( – 572kJ ) –(– 238,6 kJ )
= – 965,5 kJ + 238,6 kJ
=
– 726,9 kJ
Jadi perubahan entalpi pembakaran metanol = – 726,9 kJ/mol.
b. Kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram metanol:
8 gram metanol = 8 gram / 32 gram.mol –1 = 0,25 mol
Maka kalor yang
dibebaskan pada pembakaran 8 gram metanol adalah:
= 0,25 mol . – 726,9
kJ/mol
= – 181,725 kJ
Jadi kalor yang
dibebaskan pada pembakaran 8 gram metanol = 181,725 kJ
1. Penentuan Entalpi Reaksi Berdasar Hukum Hess
Pengukuran perubahan entalpi suatu reaksi kadangkala tidak
dapat ditentukan langsung dengan kalorimeter, misalnya penentuan perubahan
entalpi pembentukan standar π₯π»f0 CO. Reaksi pembakaran karbon tidak mungkin hanya menghasilkan
gas CO saja tanpa disertai terbentuknya gas CO2. Jadi, bila
dilakukan pengukuran perubahan entalpi dari reaksi tersebut; yang terukur tidak
hanya reaksi pembentukan gas CO saja tetapi juga perubahan entalpi dari reaksi
pembentukan gas CO2.
Untuk mengatasi hal tersebut, Henry Hess melakukan serangkaian percobaan dan
menyimpulkan bahwa perubahan entalpi suatu reaksi merupakan fungsi keadaan.
Artinya : “ perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung
pada keadaan awal ( zat-zat pereaksi )
dan keadaan akhir ( zat-zat hasil reaksi ) dari suatu reaksi dan tidak
tergantung pada jalannya reaksi.” Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah
fungsi keadaan, perubahan entalpi dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun
langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata
lain, hanya keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi,
bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya. Jika suatu reaksi
berlangsung dalam dua tahap atau lebih, maka perubahan entalpi reaksi tersebut
sama dengan jumlah perubahan entalpi dari semua tahapannya. Secara matematis
pernyataan ini dapat dituliskan,
ΞHreaksi = ΞH1 + ΞH2 +….
Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat
dihitung sekalipun tidak dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan
melakukan operasi aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan
entalpinya diketahui.
Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa
sehingga penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita
inginkan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi berikut!
Dari ilustrasi tersebut, keadaan awal adalah A, sedangkan
keadaan akhir adalah D.
Untuk mencapai keadaan akhir, dari keadaan awal terdapat 3
jalur:
a. A – B – D dengan
entalpi reaksi π₯H1 + π₯H4
b. A – D dengan entalpi
reaksi π₯H3
c. A – C – D dengan entalpi reaksi π₯H2 + π₯H5
Dengan demikian, menurut Hukum Hess dapat dibuat persamaan : π₯H1 + π₯H4 = π₯H3 = π₯H2 + π₯H5
Contoh Soal 1:
Tentukan R !
Jawab: Dari diagram siklus dapat dibuat persamaan :
π₯H2 = π₯H1 + π₯H3 + π₯H4
π₯H4 = π₯H2 – ( π₯H1 + π₯H3 )
π₯H4 = + 15 kJ – (– 35 kJ
+ - 75 kJ )
π₯H4 = + 15 kJ – (– 110 kJ ) π₯H4 = + 15 kJ + 110 kJ
π₯H4 = + 125 kJ
Contoh Soal 2:
Diketahui data entalpi reaksi sebagai berikut :
Ca(s) + ½ O2(g) ⟶ CaO(s) ∆H = – 635,5 kJ
C(s) + O2(g) ⟶ CO2(g) ∆H = – 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) ⟶ CaCO3(g) ∆H =
– 1207,1 kJ
Hitunglah perubahan entalpi reaksi :
CaO(s) + CO2(g) → CaCO3(s) !
Jawab :
2. Penentuan Entalpi Reaksi Berdasar Data Energi Ikatan
Reaksi kimia antarmolekul dapat dianggap berlangsung dalam 2
tahap yaitu :
a. Pemutusan ikatan
pada pereaksi
b. Pembentukan ikatan
pada produk
Sesuai dengan hukum Hess, ∆H reaksi total adalah ∆H tahap-I +
∆H tahap-II.
∆H tahap-I = ∑
Energi ikatan pada pereaksi (yang putus)
∆H tahap-II = –∑
Energi ikatan pada produk (yang terbentuk).
∆H reaksi = ∑
Energi ikatan pereaksi yang putus – ∑ Energi ikatan produk yang terbentuk
=
∑ Epemutusan - ∑ Epengikatan
=
∑ Eruas kiri - ∑ Eruas kanan
Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan 1 mol ikatan kimia
dalam suatu molekul gas menjadi atom-atomnya dalam fase gas disebut energi
ikatan atau energi disosiasi (D). Untuk molekul kompleks, energi yang
dibutuhkan untuk memecah molekul itu sehingga membentuk atom-atom bebas disebut
energi atomisasi. Harga energi atomisasi ini merupakan jumlah energi ikatan
atom-atom dalam molekul tersebut. Untuk molekul kovalen yang terdiri dari dua
atom, seperti H2, O2, N2, atau HI yang
mempunyai satu ikatan, maka energi atomisasi sama dengan energi ikatan. Energi
yang diperlukan untuk reaksi pemutusan ikatan telah diukur.
Contoh Soal:
Diketahui energi ikatan:
C – H =
415 kJ/mol
C = C =
607 kJ/mol
C – C =
348 kJ/mol
H – H =
436 kJ/mol
Ditanya :
ΞHreaksi pada reaksi : C2H4(g) + H2(g)
→ C2H6(g)
Jawab:
ΞH reaksi = Ξ£ energi pemutusan ikatan – Ξ£ energi pembentukan ikatan
=
{4 (C – H) + (C = C) + (H – H)} – {6 (C – H) + (C – C)}
=
{(C = C) + (H – H)} – {2 (C – H) + (C – C)}
=
(607 + 436) – (2 × 415 + 348)
=
1.043 – 1.178
=
–135 kJ
Jadi, C2H4(g) + H2(g) → C2H6(g) ΞH = –135 kJ
Comments
Post a Comment