Skip to main content

Wasiet (39)

 


+++

Malam kian larut. Namun di atas balai, Mustafa melihat Teungku Fiah belum juga tertidur. Ada cahaya senter yang masih menyala di sana.

Mustafa mencoba mendekat. Dugaannya ternyata benar adanya. Teungku Fiah ternyata belum tidur. Sosok yang dituakan dalam pasukan itu ternyata diam-diam mengamati selembar foto yang terlihat gambar seorang wanita dengan bocah berusia sekitar 6 hingga 7 tahun. Itu adalah foto istri dan anak terkecil Teungku Fiah.

“Belum tidur teungku?” ujar Mustafa menyapa.

Teungku Fiah terkejut dengan sapaan Mustafa. Ia buru-buru menyimpan foto anak dan istrinya itu.

“Kalau Teungku rindu dengan keluarga, Teungku dapat pulang sebentar untuk membesuk. Bukankah dari sini ke Nicah Awe tak jauh. Saya siap mengawal teungku dalam perjalanan,” ujar Mustafa.

Sebagai pasukan nanggroe, ia tahu bagaimana kerinduan yang sering dialami oleh para tetua yang meninggalkan keluarga di kampung. Mereka bahkan tak memiliki kesempatan untuk melihat wajah istri dan anaknya. Apalagi ketika keluarga di kampung sakit. Ada perasaan bersalah tatkala itu terjadi.

“Aku tak mau melanggar aturan hanya untuk keluargaku, Mustafa. Aturan kita berlaku untuk semua, termasuk diriku.”

“Saat ini patroli tentara republic kian gencar. Aku tak mau jumlah kita kembali berkurang hanya untuk kepentinganku semata. Kita memang siap untuk meninggal, tapi di medan perang,” ujar Teungku Fiah.

Teungku Fiah kemudian terdiam. Tak lama kemudian, ia tersenyum.

“Kau tahu Mustafa, entah kenapa aku tiba-tiba kangen sama anakku terkecil.”

“Sebelum bergabung dengan tentara nanggroe, aku sudah memiliki dua anak laki-laki. Abdurrahman dan Budiansyah. Keduanya kini sudah besar dan hanya terpaut dua tahun. Abdurrahman kini bergabung dengan tentara nanggroe mengikuti jejakku. Sementara Si Budi tinggal bersama ibunya di Nicah Awe.”

Mustafa tersenyum dengan penjelasannya tetua itu. Ia kenal dengan salah satu anaknya Teungku Fiah. Ini karena mereka hampir seumuran. Rahman, demikian memanggil sosok itu, merupakan anak Teungku Fiah memiliki karakter yang sama seperti ayahnya. Ia adalah orang-orang yang bersikap nekad dalam peperangan.

Sedangkan Budi sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Sosok itu berulangkali mendaftar tentara nanggroe, tapi atas permintaan Teungku Fiah, semua pasukan di Simpang Ulim, menolaknya.

Teungku Fiah berharap sosok itu menjalani kehidupan normal. Ia ingin anaknya itu menjaga ibunya di kampung.

Sedangkan untuk anak terakhir, Mustafa, tak mengenalnya sama sekali. Itu karena anak terakhir Teungku Fiah itu masih sangat kecil.

“Selama jadi tentara nanggroe, aku jarang pulang. Aku dan istriku juga sudah tua. Aku pulang hampir satu bulan sekali. Bahkan kadang hampir dua bulan sekali. Namun siapa tahu kehendak tuhan, dari pertemuan singkat tadi, istriku justru kembali hamil dan kemudian melahirkan anak ketiga,” ujar Teungku Fiah.

“Di awal-awal istriku hamil, aku sempat malu. Aku sudah jadi kakek-kakek, tapi istriku masih saja hamil. Namun itu adalah anugrah terindah yang kami miliki,” kata Teungku Fiah.

Teungku Fiah kemudian terdiam. Ia mengambil foto dan mengamati foto tersebut dengan sesama.

“Anakku ini kuberi nama Ibnu Hajar. Si anak batu. Aku tak ingin ia menjadi lelaki lemah ketika aku tiada nanti. Aku berharap ia bisa tumbuh besar dan menjadi anak yang berguna di masa depan nanti.”

“Kelak ketika ia besar, aku berharap ia bisa tumbuh dengan baik dan konflik di Aceh telah selesai. Aceh telah merdeka,” ujar Teungku Fiah.

Ia kemudian tersenyum. Demikian juga dengan Mustafa.

“Tapi aku sendiri tak yakin kapan kita akan merdeka,” kata Teungku Fiah lagi.

“Malam ini, aku tiba-tiba sangat merindukan mereka. Aku pikir mereka juga sedang merindukanku,” ujarnya lagi.

[Bersambung]

Comments

Popular posts from this blog

Mudifah atau kunjungannya anak pondok

Hari kunjungan atau yang mereka sebutkan mudifah merupakan hari yang menyenangkan bagi anak pondok pesantren, karena hari itu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Yups, hari yang begitu special seperti lebarannya anak pondok.pada hari kunjungan mereka bisa bertemu dengan sanak family dan semua keluarga besarnya, bayangkan mulai pagi hari mereka udah mulai antri hp dipengasuhan dengan batas waktu yang ditentukan mereka lengkap memesan semua pesanan sama keluarganya, yang paling utama adalah makanan, mulai dari nasi sampai dengan makanan penutup. Yang penulis herankan, terkadang dari segoni pesanannya cuma satu  yang dimakan,padahal semua makanan yang pesan sama aja dengan makanan sehari-hari di pondok juga, ah mungkin itu bawaan dari orangtua jadi berasal paling maknyuus gitu. Mudifah kata yang tak asing bagi penghuni pondok, yang kata mereka pondok adalah penjara suci,,,banyak istilah bagi mereka anak pondok, ada yang namanya penjara suci ?? tidak  lain adalah pesantren. Jadi...

REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM

  Soal Diskusi Soal 1. Ciri-ciri reaksi eksoterm adalah A. Sistem menyerap kalor dari lingkungan B. Lingkungan menyerap kalor dari sistem C. Sistem dan lingkungan memiliki kalor sama D. Kalor sistem dan lingkungan jika dijumlahkan sama dengan nol E. Pada akhir reaksi, kalor lingkungan selalu lebih kecil dari kalor sistem Soal 2 . Jika reaksi antara logam barium dengan asam klorida encer di campurkan ke dalam tabung reaksi yang  tersumbat dengan rapat, gas hidrogen di dalam sistem tidak dapat meninggalkan sistem tetap terjadi perubahan energi melalui dinding pada tabung reaksi. pada percobaan ini termasuk ke dalam ... A. Sistem tertutup B. Perubahan entalpi C. Sistem terbuka D. Perubahan energi dalam  Evaluasi E. Sistem terisolasi Soal 3. Pernyataan di bawah ini yang termasuk ke dalam reaksi Endoterm adalah .... A. Besi berkarat B. Air mengalir C. Ledakan bom D. Pembuatan es batu dan air E. Pembakaran kayu Soal 4. Proses reaksi di alam yang berlangsung spontan seperti pert...

JUJUR MENUJU KEMENANGAN

Puji dan syukur marilah sama-sama kita ucapkan kehadiran Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan NikmatNya kepda kita semua. Allah yang telah menghiasi manusia dengan kejujuran menghiasi malam dengan bulan purnama. Shalawat dan salam marilah sama-sama kita sanjungkan kepada seorang pemuda arab,imam diwaktu sholat ,pemimpin diwaktu perang, buah hati siti aminah dan jantung hati siti khadijah. Tidak lain dan tidak bukan yakni nabi besar Muhammad SAW. Yang telah menuntut umat manusia dari alam yang salam kea lam yang benar, dari alam yang penuh kebohongan ke alam yang penuh kejujuran. Bapak dewan hakim, bapak dan ibu pendamping, teman –teman peserta lomba, dan hadirin yang saya hormati. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan pidato dengan judul: “JUJUR MENUJU KEMENANGAN ” Tema kejujuran tengah menjadi buah bibir banyak orang. Dikoran, televise, warung kopi, ruang belajar bahkan dipasar. Kejujuran hadir dengan gaung yang membahana. Kita seakan baru mengenal k...