Skip to main content

Wasiet (38)

 


“Mustafa, apakah kau membenciku karena menerapkan aturan terlalu ketat kepada kalian?” ujar pria tua itu sambil melepaskan pelukannya.

Mustafa menggeleng berulangkali. Ia tahu bahwa sikap kerasnya tetua itu adalah untuk kebaikan mereka semua. Jika seandainya mereka tidak disiplin serta bergerak sesuai peunutoh, mungkin sudah lama ia dan rekan-rekannya tewas di medan pertempuran.

“Tidak teungku. Kami yang salah. Kami yang berulangkali melanggar peunutoh dari teungku. Saya merasa bersalah atas kejadian tadi pagi,” ujar Mustafa. Ia benar-benar shock ketika mengetahui Si Cah dan Si Lah meninggal.

“Sudahlah. Ini mungkin kesalahanku juga,” ujar tetua itu.

“Aku tahu ketika kalian turun ke kampung semalam, tapi aku tak mencegahnya. Apalagi ketika aku mengetahui ketika kau hendak melamar gadis pujaan hatimu,” katanya lagi.

Mustafa tertunduk lesu. Tetua di depannya itu begitu arif dan bijaksana. Ia menyesal telah membuat tetua itu berulangkali kecewa.

“Saya berjanji teungku. Saya tak akan mengulang kesalahan yang sama di masa depan,” katanya kemudian.

Tetua itu tersenyum mendengar pengakuan Mustafa. Mereka berdua kemudian terdiam.

Teungku Fiah, demikian ia menyapa pimpinannya itu. Lelaki tua itu sebenarnya adalah orang yang berhati lembut. Ia teungku di salah satu dayah di Aceh Timur. Sama seperti dirinya, konflik membuat keluarga Teungku Fiah meninggal dunia, sekitar 25 tahun lalu.

Oleh pimpinan wilayah, Teungku Fiah berulangkali ditawarkan posisi tinggi di jajaran elit, namun selalu ditolaknya. Ia hanya memilih 25 orang pemuda seperti dirinya untuk berperang di garda terdepan. Namun setelah beberapa tahun berlalu, jumlah mereka kini tinggal 12 orang, termasuk dua kematian terbaru tadi siang.

Salah satu syarat untuk masuk ke pasukan Teungku Fiah adalah bisa mengaji serta siap mati.

“Mustafa, aku berharap kau bisa memimpin pasukan ini ketika kelak aku juga syahid di medan perang ini. Ini sudah kusampaikan pada pimpinan wilayah kita,” ujar Teungku Fiah lagi.

“Kalian di sini, semuanya seumuran. Hanya almarhum Si Lah yang sedikit lebih tua. Tapi kini ia sudah syahid. Kau alumni dayah. Kau tahu mana yang benar dan salah. Aku berharap banyak padamu,” kata Teungku Fiah.

Mustafa meneteskan air mata mendengar peutuah Teungku Fiah. Ia tak menyangka jika tetua itu menaruh harapan yang besar pada dirinya.

“Tidak teungku. Saya akan berjuang dengan teungku hingga ajal tiba. Saya akan ikut kemanapun teungku pergi,” ujarnya.

Teungku Fiah menarik nafas dalam-dalam mendengar penuturan Mustafa. Ia tahu bahwa pemuda itu hanya emosional.

“Aku ini sudah tua, Mustafa. Cepat atau lamban, aku pasti akan mati. Sedangkan perjuangan kita masih panjang. Aku ingin kamu berbesar hati jika suatu saat aku telah tiada. Aku tak ingin kamu membantahnya sekarang. Aku hanya lebih siap ketika itu terjadi,” ujar tetua itu lagi.

Mustafa kali ini terdiam. Namun ia benar-benar tak siap jika harus kembali kehilangan sosok panutannya itu.

Teungku Fiah mengalih pandangan ke langit. Saat itu ribuan bintang terlihat jelas dari sana. Sangat indah.

“Seharusnya malam ini, kau berada di kamar istrimu. Tapi kau malah berada di balai ini bersamaku sambil menikmati gigitan nyamuk,” ujar Teungku Fiah sambil tersenyum.

Muka Mustafa memerah. Ia malu dengan dirinya sendiri.

“Tidak tengku. Saya tak ingin melanggar peunutoh teungku. Saya tak ingin kasus tadi siang terulang,” ujarnya.

Kini Teungku Fiah menggeleng kepala.

“Istrimu itu gadis yang luar biasa. Aku dengar ia anak dayah. Dia menerimamu apa adanya seperti sekarang adalah hal yang luar biasa. Kau tak boleh mengecewakannya.”

“Beberapa hari ini kita pantau keadaan dulu. Aku sudah minta penghubung untuk memantau keadaan istrimu di sana. Kelak ketika keadaan lebih aman, pergilah membesuknya,” kata Teungku Fiah lagi.

Mustafa benar-benar kagum dengan sosok di depannya itu. Meskipun sudah tua, ia bisa mengatur semua dengan tenang. Ia lebih memikirkan nasib prajuritnya dibandingkan keluarganya sendiri.

[Bersambung]

Comments

Popular posts from this blog

Mudifah atau kunjungannya anak pondok

Hari kunjungan atau yang mereka sebutkan mudifah merupakan hari yang menyenangkan bagi anak pondok pesantren, karena hari itu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Yups, hari yang begitu special seperti lebarannya anak pondok.pada hari kunjungan mereka bisa bertemu dengan sanak family dan semua keluarga besarnya, bayangkan mulai pagi hari mereka udah mulai antri hp dipengasuhan dengan batas waktu yang ditentukan mereka lengkap memesan semua pesanan sama keluarganya, yang paling utama adalah makanan, mulai dari nasi sampai dengan makanan penutup. Yang penulis herankan, terkadang dari segoni pesanannya cuma satu  yang dimakan,padahal semua makanan yang pesan sama aja dengan makanan sehari-hari di pondok juga, ah mungkin itu bawaan dari orangtua jadi berasal paling maknyuus gitu. Mudifah kata yang tak asing bagi penghuni pondok, yang kata mereka pondok adalah penjara suci,,,banyak istilah bagi mereka anak pondok, ada yang namanya penjara suci ?? tidak  lain adalah pesantren. Jadi di hari

KISI-KISI SOAL UJIAN SEMESTER 2 SMA NEGERI 2 ALAFAN

Soal Kimia Kelas X IPA 1.       1. Jelaskan 4 Teori Atom yang kamu ketahui! 2.       2. Hitunglah Proton (P), Elektron (e) dan Neutron (N) dari:       3.       3. Tentukan golongan periode dengan menggunakan konfigurasi elektron berdasarkan kulit ( K L M N O ) dari: a.        6 C b.       12 Mg c.        18 Ar 4.       4. Tentukan golongan periode dengan menggunakan konfigurasi elektron berdasarkan sub kulit ( s p d f ) dari: a.        26 Fe b.       18 Ar c.        12 Mg d.       17 Cl 5.       5. Tentukan bilangan kuantum dari: a.        26 Fe b.       18 Ar     Soal Kimia Kelas XI IPA 1.       1. Tuliskan tabvel deret homolog alkana! 2.       2. Tuliskan nama dari semyawa hdrokarbon di bawah ini:   3.       3. Tuliskan nama dari senyawa Alkena dibawah ini!   4.       4. Dik Reaksi: CH 4 + O 2 à CO 2 + H 2 O   ΔH=-2P Berapakah ΔH pembakaran dari 1mol CH 4 5.       5. Bila Diketahui kalor pembentukan stándar: CO 2 = -393,5 k

belajar bahasa aceh part 2

Hari ini penulis akan melanjutkan bagaimana cara memperkenalkan diri dalam bahasa aceh, yang sebelumnya udah dijelaskan satu persatu kata dalam bahasa aceh tapi kali ini penulis akan mengajarkannya dalam bentuk kalimat ya!!!! Jangan pernah mengatakan susah sebelum mencobanya, seperti kata pepatah berakit-rakit dahulu, berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Begitulah kira-kira ya para inspirasi lovers, susah susah dulu belajar bahasa aceh hingga mahir bicara bahasa aceh seperti penulis, apalagi yang calonnya orang aceh setidaknya bisa bertanya dalam bahasa aceh “ soe nan droen” yang artinya “siapa nama kamu”. Ayoo langsung aja kita belajar bahasa aceh nya…….. Nan loen  ( nama saya) Loen awak aceh ( saya orang aceh) Asaai loen ( asal saya) Umu loen ( umur saya) Soe nan droen ( siapa nama kamu ) Padum umu droen( berapa umur kamu ) Lon galak kuah pliek U ( saya suka sayur plik U “ sayur khas aceh”) Padum yum bungoeng nyoe ( berapa harg