Skip to main content

Wasiet (37)

 


USAI salat, Mustafa mencoba mendekati pria tua yang sedang berzikir di posisi imam. Mustafa ingin memastikan jika sosok itu tak lagi marah kepadanya. Selain itu, ia juga memperoleh informasi dari penghubung bahwa anak tertua dari pimpinannya itu sedang berada di kawasan Nicah Awe.

Anak tertua dari pimpinannya itu hampir seumurannya dengannya. Dia juga Tentara Nanggroe tapi berada dalam kelompok gerilya yang terpisah.

“Teungku,” sapanya pelan. Namun pria tua di depannya tak merespon.

“Teungku Fiah,” katanya lagi. Kali ini pria itu menoleh ke arahnya.

“Maaf menganggu zikir, teungku. Penghubung tadi menyampaikan jika anakmu, Rahman, ada di Nicah Awe,” kata Mustafa lagi dengan hati-hati.

Pria tua itu tertegur. Namun dia kemudian justru menutup mata. Ia melanjutkan zikirnya. Mustafa sendiri merasa serba salah. Dia hendak turun dari balai agar tak kembali jadi sasaran kemarahan pimpinannya itu. Namun baru hendak bergerak, pimpinannya itu justru menahannya.

“Kamu duduk saja di situ. Usai zikir, nanti baru kita bicara,” ujar sang pimpinan.

Mustafa mengangguk. Dia kemudian mengikuti pimpinannya itu dengan diam-diam berzikir dalam hati.

Angin malam berhembus kencang di sekeliling mereka. Apalagi balai yang mereka tempati semi terbuka. Hanya ada kebun sawit di sekeliling yang sedikit menahan laju angin. Selebihnya adalah persawahan yang luas hingga ke pergunungan.

Sekitar 45 menit kemudian, pimpinannya itu mendekatinya. Namun ia justru tak menanyakan perihal informasi penghubung yang disampaikannya tadi.

“Kau tahu dimana rumah Si Lah?” tanyanya.

Mustafa mengangguk. Memang, ia pernah beberapa kali berkunjung ke rumah teman seperjuangannya yang baru saja syahid itu.

“Kalau begitu, minta ke penghubung untuk mengantar beras dan sedikit sembako ke rumahnya. Mulai hari ini, keluarganya tanggungjawab kita,” kata pria tua itu.

Mustafa mengangguk. Satu hal yang membuat ia salut dengan pimpinannya itu adalah rasa sosialnya yang tinggi. Ia menjaga pasukannya seperti anaknya sendiri. Dari sosok itu juga ia belajar soal sejarah Aceh.

Mustafa bergabung dengan tentara Aceh Merdeka dengan maksud balas dendam atas kematian ayahnya. Namun pandangannya itu kemudian diubah oleh sosok di depannya itu sedikit demi sedikit.

“Kita hanya menuntut Aceh bebas dari Indonesia. Kelak ketika semua tercapai, mereka tetap saudara kita. Menyimpan dendam, hanya akan mengotori tujuan suci dari perjuangan ini,” ujar sosok di depannya ketika awal-awal Mustafa bergabung.

Kalimat itu melekat dalam hati Mustafa hingga kini. Pimpinannya itu sudah seperti ayah dan teungku baginya. Sosok itu sangat dihormatinya selama ini. Ia menyesal telah membuat sosok tersebut marah besar tadi siang.

Ia tak mendengar peunutoh dari pimpinannya itu agar tak menikah tadi pagi.

Ia kalap ketika mendengar gadis pujaan hatinya hendak dilamar orang. Sang gadis bilang, jika mereka tak segera menikah, ayahnya akan menikahkannya dengan seorang lelaki dari Banda Aceh.

Tanpa pertimbangan, Mustafa dan beberapa anggota gerilya mendatangi rumah sang gadis di Julok, kemarin malam. Padahal Teungku Fiah sudah mewanti-wanti mereka agar mereka tak turun gunung selama sepekan ini. Kondisi ini mengingat patroli tentara republic yang kian gencar selama sepekan terakhir.

Namun demi sang gadis, ia melanggar peunutoh tadi. Ia melamar sang gadis dengan satu Alquran dan emas satu mayam. Mereka langsung menikah tadi pagi.

Siapa sangka, patroli tentara republik justru masuk ke desa sang gadis. Mustafa sempat panik. Rekan-rekan seperjuangannya berinisiatif menembak dengan tujuan menghalau patroli dari masjid yang menjadi lokasi acara.

Usai nikah, Mustafa langsung kembali ke kamp. Ia baru sadar bahwa Si Cah dan Bang Lah menuai ajal dalam pertempuran tersebut.

Ia pantas dihukum atas kesalahan besar ini.

“Bagaimana keadaan istrimu?” ujar pimpinannya itu tiba-tiba. Perkataan tersebut membuat lamunannya buyar.

“Menurut kabar, dia dan keluarga pindah ke rumah saudara di desa sebelah teungku. Rumah mereka turut dibakar,” ujar Mustafa.

“Saya salah karena melanggar peunutoh teungku. Saya pantas dihukum,” katanya lagi. Tapi sang pimpinan justru memeluknya erat.

[Bersambung]

Comments

Popular posts from this blog

Mudifah atau kunjungannya anak pondok

Hari kunjungan atau yang mereka sebutkan mudifah merupakan hari yang menyenangkan bagi anak pondok pesantren, karena hari itu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Yups, hari yang begitu special seperti lebarannya anak pondok.pada hari kunjungan mereka bisa bertemu dengan sanak family dan semua keluarga besarnya, bayangkan mulai pagi hari mereka udah mulai antri hp dipengasuhan dengan batas waktu yang ditentukan mereka lengkap memesan semua pesanan sama keluarganya, yang paling utama adalah makanan, mulai dari nasi sampai dengan makanan penutup. Yang penulis herankan, terkadang dari segoni pesanannya cuma satu  yang dimakan,padahal semua makanan yang pesan sama aja dengan makanan sehari-hari di pondok juga, ah mungkin itu bawaan dari orangtua jadi berasal paling maknyuus gitu. Mudifah kata yang tak asing bagi penghuni pondok, yang kata mereka pondok adalah penjara suci,,,banyak istilah bagi mereka anak pondok, ada yang namanya penjara suci ?? tidak  lain adalah pesantren. Jadi...

REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM

  Soal Diskusi Soal 1. Ciri-ciri reaksi eksoterm adalah A. Sistem menyerap kalor dari lingkungan B. Lingkungan menyerap kalor dari sistem C. Sistem dan lingkungan memiliki kalor sama D. Kalor sistem dan lingkungan jika dijumlahkan sama dengan nol E. Pada akhir reaksi, kalor lingkungan selalu lebih kecil dari kalor sistem Soal 2 . Jika reaksi antara logam barium dengan asam klorida encer di campurkan ke dalam tabung reaksi yang  tersumbat dengan rapat, gas hidrogen di dalam sistem tidak dapat meninggalkan sistem tetap terjadi perubahan energi melalui dinding pada tabung reaksi. pada percobaan ini termasuk ke dalam ... A. Sistem tertutup B. Perubahan entalpi C. Sistem terbuka D. Perubahan energi dalam  Evaluasi E. Sistem terisolasi Soal 3. Pernyataan di bawah ini yang termasuk ke dalam reaksi Endoterm adalah .... A. Besi berkarat B. Air mengalir C. Ledakan bom D. Pembuatan es batu dan air E. Pembakaran kayu Soal 4. Proses reaksi di alam yang berlangsung spontan seperti pert...

JUJUR MENUJU KEMENANGAN

Puji dan syukur marilah sama-sama kita ucapkan kehadiran Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan NikmatNya kepda kita semua. Allah yang telah menghiasi manusia dengan kejujuran menghiasi malam dengan bulan purnama. Shalawat dan salam marilah sama-sama kita sanjungkan kepada seorang pemuda arab,imam diwaktu sholat ,pemimpin diwaktu perang, buah hati siti aminah dan jantung hati siti khadijah. Tidak lain dan tidak bukan yakni nabi besar Muhammad SAW. Yang telah menuntut umat manusia dari alam yang salam kea lam yang benar, dari alam yang penuh kebohongan ke alam yang penuh kejujuran. Bapak dewan hakim, bapak dan ibu pendamping, teman –teman peserta lomba, dan hadirin yang saya hormati. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan pidato dengan judul: “JUJUR MENUJU KEMENANGAN ” Tema kejujuran tengah menjadi buah bibir banyak orang. Dikoran, televise, warung kopi, ruang belajar bahkan dipasar. Kejujuran hadir dengan gaung yang membahana. Kita seakan baru mengenal k...