Skip to main content

Wasiet (28)


MASJID Rahmat, kawasan Kembang Kuning, Surabaya, mendadak ramai Minggu pagi. Beberapa petinggi Brawijaya terlihat hadir di sana. Mereka datang sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga almarhum Sulaiman. Anak perempuannya menikah. Apalagi calon pengantinnya juga dari kesatuan yang sama.

Sementara bagi Praka Dedi sendiri, ini adalah hari yang special. Ia akan menikahi perempuan yang baru dijumpainya selama tiga kali.

Dua kali di Masjid Rahmat dan sekali di Ngawi. Ia dan sang gadis juga tak pernah pacaran. Tapi ia yakin jika sang gadis adalah perempuan yang tepat baginya.

Ia tidak pernah berpikir untuk menikah cepat. Namun ketika jodoh itu datang, ia tidak juga menolaknya.

Hari ini ia akan dinikahi oleh wali sang gadis yang datang dari Jakarta. Mereka adalah warga asal Aceh yang sudah lama menetap di Jakarta.

Keluarga besar dari almarhum ayah Nurul ternyata adalah perantau asal Aceh. Buyut mereka harus meninggalkan Aceh usai meletusnya perang Cumbok. Itu adalah peristiwa berdarah serta catatan hitam dalam sejarah Aceh.

Nurul sendiri terlihat mempesona dengan balutan busana muslimah. Ia terlihat seperti putri bangsawan dari Timur Tengah.

Untuk pernikahan ini, Praka Dedi dan Nurul memang hanya menggunakan busana muslimah. Tak ada adat Jawa dan Aceh. Ini untuk menghindari sengketa terkait adat mana yang harus digunakan selama prosesi pernikahan berlangsung.

Bagi mereka, yang penting pernikahan ini sah secara agama.

Saya terima nikahnya Nurul Islami dengan mas kawin seperangkat alat salat serta emas tiga puluh gram, dibayar tunai.”

Ucapan itu meluncur dengan cepat dari mulut Praka Dedi. Hanya sekali ucap.

“Sah, sah, sah,” ujar sejumlah orang di sekitarnya.

Praka Dedi menarik nafas panjang. Kekhawatirnya hilang. Ia menarik nafas dalam-dalam serta memandang ke arah istrinya itu. Wanita itu tersenyum mekar ke arahnya. Mulai detik ini, mereka sudah sah menjadi suami istri.

Sejumlah petinggi militer mendatanginya dan memberi salam. Demikian juga dengan para keluarganya dan keluarga sang istri.

Usai aktivitas di masjid sepi, Nurul mendekati Praka Dedi.

“Mas ada bawa sepeda motor?” bisiknya di telinga sang suami.

Praka Dedi mengangguk. “Ada. Mobil juga ada,” ujarnya kemudian.

Nurul tersenyum. “Pakai sepeda motor saja. Yuk pergi,” ujarnya sambil memegang erat tangan Praka Dedi. Ini merupakan kali pertama mereka berpegangan tangan. Jantung Praka Dedi berdetak kencang. Wajah Praka Dedi merona. Demikian juga dengan wajah sang istri.

“Keluarga bagaimana?” ujar Praka Dedi.

Nurul tersenyum. Ibunya yang mendampingi turut menimpali.

“Kami bisa pulang dengan jalan kaki. Rumah Wawaknya tak jauh dari sini,” ujar mertuanya itu.

“Kami juga ke rumah Wawaknya Nurul, kalau begitu. Kalian pergilah. Kalian sudah sah sebagai suami. Jadi nanti kalau sudah puas pacaran, balik ke rumah Wawaknya Nurul ya. Ada yang ayah mau sampaikan,” kata ayah Praka Dedi tiba-tiba.

Praka Dedi mengenggam erat tangan istrinya. Keduanya kemudian ke parkir masjid untuk mengambil sepeda motor di sana.

“Pegang erat ya. Aku khawatir gaun-mu diterbangi angin dan terjatuh,” ujarnya sambil menggoda istri.

Nurul mengangguk tanda setuju. “Tenang aja mas. Kali ini Nurul pegang yang kuat untuk selamanya,” ujar dia tersenyum.

Praka Dedi tersenyum. Hatinya berbunga-bunga. Sang surya saat itu seperti memeluk Kembang Kuning. Sinarnya lembut dan tak seterik biasanya.

“Tenang saja. Aku adalah pria yang beruntung bisa menikahimu. Mulai hari ini, kita akan selalu bersama hingga maut memisahkan,” ujar Praka Dedi.

[Bersambung]

Comments

Popular posts from this blog

Mudifah atau kunjungannya anak pondok

Hari kunjungan atau yang mereka sebutkan mudifah merupakan hari yang menyenangkan bagi anak pondok pesantren, karena hari itu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Yups, hari yang begitu special seperti lebarannya anak pondok.pada hari kunjungan mereka bisa bertemu dengan sanak family dan semua keluarga besarnya, bayangkan mulai pagi hari mereka udah mulai antri hp dipengasuhan dengan batas waktu yang ditentukan mereka lengkap memesan semua pesanan sama keluarganya, yang paling utama adalah makanan, mulai dari nasi sampai dengan makanan penutup. Yang penulis herankan, terkadang dari segoni pesanannya cuma satu  yang dimakan,padahal semua makanan yang pesan sama aja dengan makanan sehari-hari di pondok juga, ah mungkin itu bawaan dari orangtua jadi berasal paling maknyuus gitu. Mudifah kata yang tak asing bagi penghuni pondok, yang kata mereka pondok adalah penjara suci,,,banyak istilah bagi mereka anak pondok, ada yang namanya penjara suci ?? tidak  lain adalah pesantren. Jadi...

REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM

  Soal Diskusi Soal 1. Ciri-ciri reaksi eksoterm adalah A. Sistem menyerap kalor dari lingkungan B. Lingkungan menyerap kalor dari sistem C. Sistem dan lingkungan memiliki kalor sama D. Kalor sistem dan lingkungan jika dijumlahkan sama dengan nol E. Pada akhir reaksi, kalor lingkungan selalu lebih kecil dari kalor sistem Soal 2 . Jika reaksi antara logam barium dengan asam klorida encer di campurkan ke dalam tabung reaksi yang  tersumbat dengan rapat, gas hidrogen di dalam sistem tidak dapat meninggalkan sistem tetap terjadi perubahan energi melalui dinding pada tabung reaksi. pada percobaan ini termasuk ke dalam ... A. Sistem tertutup B. Perubahan entalpi C. Sistem terbuka D. Perubahan energi dalam  Evaluasi E. Sistem terisolasi Soal 3. Pernyataan di bawah ini yang termasuk ke dalam reaksi Endoterm adalah .... A. Besi berkarat B. Air mengalir C. Ledakan bom D. Pembuatan es batu dan air E. Pembakaran kayu Soal 4. Proses reaksi di alam yang berlangsung spontan seperti pert...

JUJUR MENUJU KEMENANGAN

Puji dan syukur marilah sama-sama kita ucapkan kehadiran Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan NikmatNya kepda kita semua. Allah yang telah menghiasi manusia dengan kejujuran menghiasi malam dengan bulan purnama. Shalawat dan salam marilah sama-sama kita sanjungkan kepada seorang pemuda arab,imam diwaktu sholat ,pemimpin diwaktu perang, buah hati siti aminah dan jantung hati siti khadijah. Tidak lain dan tidak bukan yakni nabi besar Muhammad SAW. Yang telah menuntut umat manusia dari alam yang salam kea lam yang benar, dari alam yang penuh kebohongan ke alam yang penuh kejujuran. Bapak dewan hakim, bapak dan ibu pendamping, teman –teman peserta lomba, dan hadirin yang saya hormati. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan pidato dengan judul: “JUJUR MENUJU KEMENANGAN ” Tema kejujuran tengah menjadi buah bibir banyak orang. Dikoran, televise, warung kopi, ruang belajar bahkan dipasar. Kejujuran hadir dengan gaung yang membahana. Kita seakan baru mengenal k...