Skip to main content

Wasiet (23)


 

DEDI seperti tak percaya. Ia memandang tak berkedip ke arah depan. Jaraknya hanya sekitar 10 meter. Sesosok muslimah cantik nan anggun terlihat memasuki Masjid Rahmad. Itu masjid tertua di Surabaya. Salah satu masjid yang memiliki sejarah panjang di Jawa Timur. Dari sanalah Islam menyebar ke tanah Jawa.

Wanita itu tak melihatnya. Dedi ingin memasuki masjid dan berkenalan dengan sang muslimah yang dilihatnya di Brawijaya itu. Tapi di sisi lain, ia sedang memakai celana pendek. Ia baru saja pulang dari olahraga sore yang menjadi aktivitas rutinnya selama ini.

Dedi tidak ingin membuat orang-orang di Masjid Rahmad memandangnya setengah mata. Untuk itu, ia harus menunggu di halaman depan masjid hingga sang wanita keluar dan selesai dari aktivitasnya.

Dedi mondar-mandir. Sekitar satu jam kemudian, sang wanita terlihat keluar dari masjid. Saat sang wanita berjarak sekitar tiga meter dari masjid, barulah ia mendekat dan memberi senyuman manis.

“Udah salat Mas?” tanya wanita muslimah di depannya tiba-tiba.

Dedi terkejut. Pertanyaan dari gadis cantik itu membuatnya kelabakan. Ini karena mereka belum pernah berkomunikasi sebelumnya. Tidak pernah saling sapa. Ia justru ingin kenalan, tapi gadis di depannya justru menyapa duluan.

Sebelumnya ia justru berpikir jika perkenalannya ini akan berlangsung kaku. Namun ditodong dengan pertanyaan duluan, justru membuat ia lebih gugup dan serbasalah.

“Ashar? Belum. Anu, celana saya selutut,” jawabnya dengan nada gugup.

Sang gadis tersenyum. Itu merupakan senyuman termanis yang pernah dilihat oleh Dedi. Ia terpukau dengan kecantikan gadis di depannya itu.

“Kalau begitu, Mas salat dulu. Ini saya pinjami kain sarung,” ujar sang gadis lagi. Ia mengambil kain sarung dari tas kecil miliknya serta menyerahkan ke Praka Dedi. Mendengar hal ini, Dedi lagi-lagi kelabakan.

Dedi hanya bermaksud kenalan, tapi sang gadis malah memintanya salat. Ia bersikap seperti ibunya. Kalimat seperti tadi harusnya keluar dari mulut wanita paruh baya yang beranak empat.

“Tenang saja Mas. Saya tunggu di sini kok. Usai salat, baru kita bicara,” ujar sang gadis lagi.

Dup..

Jantung Dedi berdetak kencang. Ia mati gaya di depan anak gadis Mayor Sulaiman.

Dedi tak lagi bisa berkata-kata. Ia terdiam dan tertunduk malu.

“Baik,” ujarnya kemudian.

Praka Dedi mengambil sarung serta bergegas ke lokasi wudhu. Ia memukul kepala berkali-kali sambil jalan. Di wudhu, ia justru terdiam. Dedi tak ingin sejak umur berapa meninggalkan salat. Kini ia bahkan lupa dengan tatacara wudhu.

“Basuh semua saja. Toh, tak dilihat sama gadis itu,” gumamnya dalam hati.

Usai wudhu, ia bergegas masuk dalam masjid. Di sana, ia pun salat alakadar. Setelah beberapa menit berlalu, ia salam dan bergegas melihat ke halaman depan. Ia khawatir gadis tadi telah pergi. Ia khawatir sang gadis memintanya salat hanya untuk menghindarinya secara halus. Namun ternyata sang gadis masih berada di lokasi. Wanita muda itu terlihat duduk di pojok masjid sambil memang kedepan.

Dedi keluar dan mencoba bersikap tenang.

Dup..jantungnya kembali berdetak kencang saat mendekati sang gadis. Gadis tadi kembali tersenyum manis ke arahnya.

“Ini…sarungnya saya kembalikan,” ujar Dedi dengan nada gugup. Ia mengutuk sikapnya yang salah tingkah di depan gadis itu. Ia petarung jalanan. Menghadapi wanita adalah hal biasa sejak SMA. Bahkan ia memiliki belasan mantan, tapi justru gugup seperti anak SD di depan wanita itu.

“Iya Mas,” ujar sang gadis dengan sikap sangat tenang.

Mereka berdua kemudian terdiam.

“Oya Mas. Saya Nurul, Nurul Islami. Kalau Mas mau jumpa saya lagi, kita ketemu di lokasi ini saat azan Ashar,” ujar sang gadis tiba-tiba.

Kalimat yang disampaikan sang gadis lagi-lagi membuatnya tersentak. Ia kehabisan kata-kata di depan gadis itu. Sementara sang gadis bergerak pergi tanpa meminta izin atau basa basi kepadanya.

Dedi menutup mata dan memukul kepala karena salah tingkah. Ia melihat gadis itu berlalu.

“Ya tuhan. Hukuman apa ini,” gumamnya dalam hati.

Sang gadis tiba-tiba berhenti. Saat itu jarak mereka hanya sekitar 7 meter. Gadis itu balik arah dan kembali menghadapnya.

“Oya Mas. Kalau bisa, besok dipakai celana panjang ya!” ujar gadis itu.

[Bersambung]

Comments

Popular posts from this blog

Mudifah atau kunjungannya anak pondok

Hari kunjungan atau yang mereka sebutkan mudifah merupakan hari yang menyenangkan bagi anak pondok pesantren, karena hari itu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Yups, hari yang begitu special seperti lebarannya anak pondok.pada hari kunjungan mereka bisa bertemu dengan sanak family dan semua keluarga besarnya, bayangkan mulai pagi hari mereka udah mulai antri hp dipengasuhan dengan batas waktu yang ditentukan mereka lengkap memesan semua pesanan sama keluarganya, yang paling utama adalah makanan, mulai dari nasi sampai dengan makanan penutup. Yang penulis herankan, terkadang dari segoni pesanannya cuma satu  yang dimakan,padahal semua makanan yang pesan sama aja dengan makanan sehari-hari di pondok juga, ah mungkin itu bawaan dari orangtua jadi berasal paling maknyuus gitu. Mudifah kata yang tak asing bagi penghuni pondok, yang kata mereka pondok adalah penjara suci,,,banyak istilah bagi mereka anak pondok, ada yang namanya penjara suci ?? tidak  lain adalah pesantren. Jadi...

JUJUR MENUJU KEMENANGAN

Puji dan syukur marilah sama-sama kita ucapkan kehadiran Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan NikmatNya kepda kita semua. Allah yang telah menghiasi manusia dengan kejujuran menghiasi malam dengan bulan purnama. Shalawat dan salam marilah sama-sama kita sanjungkan kepada seorang pemuda arab,imam diwaktu sholat ,pemimpin diwaktu perang, buah hati siti aminah dan jantung hati siti khadijah. Tidak lain dan tidak bukan yakni nabi besar Muhammad SAW. Yang telah menuntut umat manusia dari alam yang salam kea lam yang benar, dari alam yang penuh kebohongan ke alam yang penuh kejujuran. Bapak dewan hakim, bapak dan ibu pendamping, teman –teman peserta lomba, dan hadirin yang saya hormati. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan pidato dengan judul: “JUJUR MENUJU KEMENANGAN ” Tema kejujuran tengah menjadi buah bibir banyak orang. Dikoran, televise, warung kopi, ruang belajar bahkan dipasar. Kejujuran hadir dengan gaung yang membahana. Kita seakan baru mengenal k...

makalah SO3 ( sulfur trioksida)

BAB I PENDAHULUAN A.   latar belakang Sulfur trioksida murni merupakan padatan putih dengan titik leleh dan titik didih yang rendah. Sulfur trioksida bereaksi cepat dengan uap air di udara membentuk asam sulfat. Ini berarti bahwa jika kita membuatnya di laboratorium, maka akan tampak sebagai padatan dengan asap di udara (membentuk kabut asam sulfat).Terdapat bentuk polimer lainnya di mana molekul SO3 bergabung membentuk rantai panjang. Sulfur trioksida pada suhu kamar dan tekanan atmosfer adalah cairan tak bewarna yang berasap di udara. Melacak jumlah air asam sulfat dapat mengkatalis pembentukan polimer. Sulfur trioksida bereaksi hebat dengan air menghasilkan kabut dari embun asam sulfat pekat. Sulfur trioksida sendiri akan bereaksi secara langsung dengan basa membentuk sulfat. Sebagai contoh, reaksi dengan kalsium oksida membentuk kalsium sulfat. Ini seperti reaksi dengan sulfur dioksida yang telah dijelaskan di atas. Sulfur trioksida dalam keadaan gas, t...