Skip to main content

Wasiet (21)

 



Surabaya, Maret 1991

MARKAS Kodam Brawijaya siaga satu. Ini adalah hari berkabung bagi prajurit di sana. Dari ratusan prajurit yang ditugaskan ke daerah konflik, 12 akhirnya dipulangkan lebih cepat. Mereka kembali dalam peti jenazah dan bendera merah putih di atasnya. Para prajurit itu gugur dalam tugas.

Mayjen TNI R. Hartono selaku pimpinan tertinggi memerintahkan jajarannya untuk mengadakan upacara militer sebagai penghormatan resmi.

Untuk itulah, Praka Dedi siaga di lokasi upacara. Ia ditugas untuk memastikan keluarga para prajurit yang gugur mendapat tempat yang nyaman serta leluasa selama upacara berlangsung.

Sebagai prajurit, tugas tersebut merupakan suatu kehormatan baginya. Ia tidak ingin para keluarga ini merasa tak betah serta mendapat prilaku yang kurang menyenangkan selama upacara berlangsung.

Ini merupakan kali pertama baginya mendapat tugas yang berhubungan dengan upacara militer. Ia tidak ingin kesalahan dalam bersikap yang dilakukannya berubah jadi kekecewaan bagi keluarga patriot bangsa yang gugur.

Namun suasana masih pagi. Sedangkan iringan peti jenazah baru tiba sekitar pukul 11.00 nanti. Saat itulah upacara penyambutan militer berlangsung.

Praka Dedi mengamati sekeliling lokasi. Hanya beberapa prajurit sepertinya yang mematung di tiap sudut sambil menenteng senjata.

Sedangkan di tengah-tengah tenda utama, hanya satu orang wanita muda dengan pakaian muslimah duduk seperti patung. Konon ia sudah duduk di sana sejak subuh tadi begitu tiba dari Aceh.

Jilbabnya panjang. Paras wajahnya cukup cantik. Tubuhnya tertutup dengan pakaian muslimah.

Pandangan itu membuat Praka Dedi cukup betah berada di lokasi. Setidaknya pemandangan itu mampu mengusir rasa bosannya yang harus bangun pagi-pagi. Sebagai prajurit, ia sebenarnya sudah terbiasa melihat kematian. Ketika mereka bertugas ke daerah konflik, maka hanya ada dua pilihan, ditembak atau menembak. Membunuh atau pulang dengan peti mati.

Praka Dedi diam-diam terus memantau wanita muslimah itu dari kejauhan. Wanita muda itu seperti sangat berat melepas kepergian orang tua yang gugur dalam perang. Air mata terlihat berulangkali jatuh dan membasahi wajah cantik itu. Tapi ia tetap tak bergerak seolah tubuh cantik di sana ikut menjadi mayat hidup tanpa roh. Itu membuat Praka Dedi turut merasakan kesedihan.

Praka Dedi sangat ingin mendekati sang wanita muda itu serta menghapus air matanya. Ia ingin menghibur tapi tugasnya di lokasi hanya berdiri untuk memastikan lokasi upacara aman.

Jika ia pergi mendekati wanita tadi, ia khawatir akan membuat para petinggi marah. Membuat sang wanita tak nyaman dan akhirnya akan berdampak tidak baik dalam komunikasi nanti. Ia bisa-bisa dihukum jika membuat suasana bertambah runyam dan sedih.

Praka Dedi paham dengan suasana hati sang wanita muda di depannya. Sebagai prajurit, dirinya sejak awal sudah diingatkan bahwa kematian dalam tugas bisa datang kapan saja. Tapi melihat orang tercinta gugur dalam tugas merupakan hal yang tersulit, seperti halnya wanita tadi.

“Semoga kesedihan ini membuatmu lebih tegar. Tumpahkan air matamu sebanyak mungkin hari ini. Agar nanti sesuai pemakaman, kau lebih baik,” gumamnya dalam hati. Ia berharap sang wanita itu baik-baik saja.

Sebagai prajurit, Praka Dedi biasanya tak peduli dengan baik buruk. Tak peduli dengan salah dan benar. Ia hanya alat negara yang siap dikirim kemanapun untuk berperang dan meredam konflik dengan senjata.

Ia hanya mesin atau pion dari catur para elit. Terserah gerak dan kebijakan yang ditempuh para penguasa negeri ini, benar atau salah, ia akan tetap bekerja sesuai instruksi.

Tapi melihat sang wanita yang berumur jauh lebih muda darinya terluka hari ini, Praka Dedi tetap merasa berduka.

Seandainya orang-orang di Aceh tak mengobarkan pemberontakan, tentu para prajurit tak harus kesana. Tak harus saling bunuh. Di Aceh, ia yakin lebih banyak kematian.  Kematian dari para prajurit yang menjadi korban catur sang penguasa.

Entah kenapa, ia begitu benci dengan orang-orang Aceh yang menyulut perang. Ia benci dengan para pemberontak.

“Seandainya tak ada pemberontakan, maka tentu tak air mata seperti wanita muda itu.”

[Bersambung]

Comments

Popular posts from this blog

Mudifah atau kunjungannya anak pondok

Hari kunjungan atau yang mereka sebutkan mudifah merupakan hari yang menyenangkan bagi anak pondok pesantren, karena hari itu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Yups, hari yang begitu special seperti lebarannya anak pondok.pada hari kunjungan mereka bisa bertemu dengan sanak family dan semua keluarga besarnya, bayangkan mulai pagi hari mereka udah mulai antri hp dipengasuhan dengan batas waktu yang ditentukan mereka lengkap memesan semua pesanan sama keluarganya, yang paling utama adalah makanan, mulai dari nasi sampai dengan makanan penutup. Yang penulis herankan, terkadang dari segoni pesanannya cuma satu  yang dimakan,padahal semua makanan yang pesan sama aja dengan makanan sehari-hari di pondok juga, ah mungkin itu bawaan dari orangtua jadi berasal paling maknyuus gitu. Mudifah kata yang tak asing bagi penghuni pondok, yang kata mereka pondok adalah penjara suci,,,banyak istilah bagi mereka anak pondok, ada yang namanya penjara suci ?? tidak  lain adalah pesantren. Jadi...

JUJUR MENUJU KEMENANGAN

Puji dan syukur marilah sama-sama kita ucapkan kehadiran Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan NikmatNya kepda kita semua. Allah yang telah menghiasi manusia dengan kejujuran menghiasi malam dengan bulan purnama. Shalawat dan salam marilah sama-sama kita sanjungkan kepada seorang pemuda arab,imam diwaktu sholat ,pemimpin diwaktu perang, buah hati siti aminah dan jantung hati siti khadijah. Tidak lain dan tidak bukan yakni nabi besar Muhammad SAW. Yang telah menuntut umat manusia dari alam yang salam kea lam yang benar, dari alam yang penuh kebohongan ke alam yang penuh kejujuran. Bapak dewan hakim, bapak dan ibu pendamping, teman –teman peserta lomba, dan hadirin yang saya hormati. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan pidato dengan judul: “JUJUR MENUJU KEMENANGAN ” Tema kejujuran tengah menjadi buah bibir banyak orang. Dikoran, televise, warung kopi, ruang belajar bahkan dipasar. Kejujuran hadir dengan gaung yang membahana. Kita seakan baru mengenal k...

makalah SO3 ( sulfur trioksida)

BAB I PENDAHULUAN A.   latar belakang Sulfur trioksida murni merupakan padatan putih dengan titik leleh dan titik didih yang rendah. Sulfur trioksida bereaksi cepat dengan uap air di udara membentuk asam sulfat. Ini berarti bahwa jika kita membuatnya di laboratorium, maka akan tampak sebagai padatan dengan asap di udara (membentuk kabut asam sulfat).Terdapat bentuk polimer lainnya di mana molekul SO3 bergabung membentuk rantai panjang. Sulfur trioksida pada suhu kamar dan tekanan atmosfer adalah cairan tak bewarna yang berasap di udara. Melacak jumlah air asam sulfat dapat mengkatalis pembentukan polimer. Sulfur trioksida bereaksi hebat dengan air menghasilkan kabut dari embun asam sulfat pekat. Sulfur trioksida sendiri akan bereaksi secara langsung dengan basa membentuk sulfat. Sebagai contoh, reaksi dengan kalsium oksida membentuk kalsium sulfat. Ini seperti reaksi dengan sulfur dioksida yang telah dijelaskan di atas. Sulfur trioksida dalam keadaan gas, t...