Skip to main content

Wasiet ( 12 )




+++

UJIAN akhir sekolah berjalan dengan mulus. Riska yakin bakal dapat nilai bagus dan lulus dengan prediket terbaik. Namun hal itu semakin membuatnya dilema.

Dilema karena ia bersyukur bakal segera bertemu dengan ayahnya di Aceh. Namun di sisi lain, ia juga bakal segera berpisah dengan Si Mbok, Tante Uti dan teman-temannya di Ngawi.

Ada banyak kenangannya di Ngawi. Ia juga tak lagi berziarah di makam ibunya saat sedih atau rindu.

Ia tak bisa lagi makan Tepo Tahu kesukaannya di warung Mang Rojak dan menghabis waktu di sana bersama Sri dan Dela.

Ia akan kangen dengan kedua sahabatnya itu. Tawa dan canda mereka yang selalu mengisi hari-harinya selama ini.

Aceh, adalah nama asing yang kian akrab dengannya selama beberapa tahun terakhir. Negeri asing yang akan segera ditempatinya nanti selama beberapa tahun kedepan, atau minimal hingga ayahnya kembali pindah tugas ke tempat lainnya.

Ia berat untuk pergi ke Aceh. Namun di sanalah, ayahnya kini berada.

“Percaya Nak, kau akan jatuh hati dengan daerah ini begitu tiba nanti.”

Itu adalah jawabannya ayahnya atas keraguan dirinya selama ini. Jawaban yang membuat Riska sedikit lebih melunak soal Aceh.

“Aceh adalah daerah kelahiran ibumu. Daerah yang ingin diperlihatkan kepadamu suatu saat kelak,” ujar sang ayah beberapa hari lalu melalui sambungan telepon.

Riska tahu jika ibunya lahir di Aceh. Namun ia tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengenal dan mendapatkan kasih sayang darinya. Ibunya meninggal saat melahirkan dirinya. Selama ini, ia hanya melihat sosok yang dikangeninya itu melalui foto kusam.

Ada rindu yang amat sangat saat ia mengenang ibunya. Rindu yang selalu ditumpahkannya di makam sang ibu.

Riska tahu jika ayahnya juga mengalami rindu yang sama. Atas dasar itu, sang ayah mengajukan diri untuk pindah ke Aceh pada pimpinan di tempat ia mengabdi separuh jiwa selama ini. Padahal Aceh adalah daerah bekas konflik dan tsunami.

Saat yang lain lari dan menjauh dari Aceh, sang ayah justru ingin bertugas di sana.

Aceh, tanah yang begitu dirindukan ibunya semasa hidup. Daerah itu kini juga memikat hati ayahnya.

Riska tertunduk lesu.

Ia ingin menghabiskan waktu bersama sang ayah. Melihat wajahnya setiap hari dan menemani hari-harinya.

Ia sudah kehilangan sang ibu sejak kecil. Ia juga terbiasa melalui hari-hari tanpa kehadiran sang ayah yang berpindah-pindah tugas ke daerah daerah yang jauh dari tanah Jawa.

Kini ayahnya meminta ia untuk menemaninya di Aceh. Permintaan yang dua tahun lalu ditolaknya karena keegoan remaja.

Penolakan itu disesalinya selama dua tahun terakhir. Dua tahun yang dilaluinya tanpa ayah di sisinya.

Seandainya ia tak menolak ke Aceh, dua tahun lalu, saat ayahnya ditugaskan ke sana, mungkin ia bisa melihat senyum sang ayah setiap hari. Ia tak harus menyimpan rindu yang kian menumpuk dari hari ke hari.

Kini hari-hari penantian itu kian dekat. Ia akan segera bertemu dengan sang ayah. Ia akan melihat negeri yang membuat ibunya menanggung rindu. Negeri yang didera konflik panjang dan deretan bencana alam.

“Yah, apakah Riska harus pakai jilbab juga seperti ibu semasa hidup?” tanya dirinya kepada sang ayah dalam telepon terakhir.

Ayahnya tak langsung menjawab saat itu.

“Berjilbab itu harus datang dari hati, Nak-ku. Ayah tak ingin jilbabmu terpaksa. Apalagi karena hendak tinggal di Aceh,” jawab ayahnya kemudian.

Ayahnya orang yang keras di masa lalu. Petarung jalanan semasa SMA. Namun egonya dilembutkan dengan kehadiran istri yang muslimah dan santun. Namun kebersamaan mereka hanya sebentar. Hal ini pula yang membuat sosok itu merasa bersalah bertahun-tahun. Seolah-olah kematian istri adalah kesalahannya.

Sikap sang ayah juga membuat Riska menanggung rindu. Tapi rindu itu kini di ujung penantian. Hanya berbilang Minggu, ia akan segera mendarat di negeri paling barat pulau Sumatera itu.

Negeri yang kabarnya memiliki keindahan alam setara dengan pulau Bali. Tapi dicerca dengan beribu masalah.

[Bersambung]

Comments

Popular posts from this blog

Mudifah atau kunjungannya anak pondok

Hari kunjungan atau yang mereka sebutkan mudifah merupakan hari yang menyenangkan bagi anak pondok pesantren, karena hari itu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Yups, hari yang begitu special seperti lebarannya anak pondok.pada hari kunjungan mereka bisa bertemu dengan sanak family dan semua keluarga besarnya, bayangkan mulai pagi hari mereka udah mulai antri hp dipengasuhan dengan batas waktu yang ditentukan mereka lengkap memesan semua pesanan sama keluarganya, yang paling utama adalah makanan, mulai dari nasi sampai dengan makanan penutup. Yang penulis herankan, terkadang dari segoni pesanannya cuma satu  yang dimakan,padahal semua makanan yang pesan sama aja dengan makanan sehari-hari di pondok juga, ah mungkin itu bawaan dari orangtua jadi berasal paling maknyuus gitu. Mudifah kata yang tak asing bagi penghuni pondok, yang kata mereka pondok adalah penjara suci,,,banyak istilah bagi mereka anak pondok, ada yang namanya penjara suci ?? tidak  lain adalah pesantren. Jadi di hari

KISI-KISI SOAL UJIAN SEMESTER 2 SMA NEGERI 2 ALAFAN

Soal Kimia Kelas X IPA 1.       1. Jelaskan 4 Teori Atom yang kamu ketahui! 2.       2. Hitunglah Proton (P), Elektron (e) dan Neutron (N) dari:       3.       3. Tentukan golongan periode dengan menggunakan konfigurasi elektron berdasarkan kulit ( K L M N O ) dari: a.        6 C b.       12 Mg c.        18 Ar 4.       4. Tentukan golongan periode dengan menggunakan konfigurasi elektron berdasarkan sub kulit ( s p d f ) dari: a.        26 Fe b.       18 Ar c.        12 Mg d.       17 Cl 5.       5. Tentukan bilangan kuantum dari: a.        26 Fe b.       18 Ar     Soal Kimia Kelas XI IPA 1.       1. Tuliskan tabvel deret homolog alkana! 2.       2. Tuliskan nama dari semyawa hdrokarbon di bawah ini:   3.       3. Tuliskan nama dari senyawa Alkena dibawah ini!   4.       4. Dik Reaksi: CH 4 + O 2 à CO 2 + H 2 O   ΔH=-2P Berapakah ΔH pembakaran dari 1mol CH 4 5.       5. Bila Diketahui kalor pembentukan stándar: CO 2 = -393,5 k

belajar bahasa aceh part 2

Hari ini penulis akan melanjutkan bagaimana cara memperkenalkan diri dalam bahasa aceh, yang sebelumnya udah dijelaskan satu persatu kata dalam bahasa aceh tapi kali ini penulis akan mengajarkannya dalam bentuk kalimat ya!!!! Jangan pernah mengatakan susah sebelum mencobanya, seperti kata pepatah berakit-rakit dahulu, berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Begitulah kira-kira ya para inspirasi lovers, susah susah dulu belajar bahasa aceh hingga mahir bicara bahasa aceh seperti penulis, apalagi yang calonnya orang aceh setidaknya bisa bertanya dalam bahasa aceh “ soe nan droen” yang artinya “siapa nama kamu”. Ayoo langsung aja kita belajar bahasa aceh nya…….. Nan loen  ( nama saya) Loen awak aceh ( saya orang aceh) Asaai loen ( asal saya) Umu loen ( umur saya) Soe nan droen ( siapa nama kamu ) Padum umu droen( berapa umur kamu ) Lon galak kuah pliek U ( saya suka sayur plik U “ sayur khas aceh”) Padum yum bungoeng nyoe ( berapa harg