Banyak kalangan sahabat
perempuan yang turut berjuang dalam peperangan Islam baik lahir ataupun
batin. Perjuangan yang dilakukannya tidak hanya terjun langsung dalam medan
perang namun kesediaan mereka dalam memberikan izin putranya dalam mengikuti
peperangan Islam.
Tak jarang juga di
antara mereka terjun langsung dalam peperangan seperti Rubayi’ binti Mi’wadz
bin Haris al-Anshariyah, Rufaidah al-Anshariyah, Syifa binti Abdullah dan lain
lain. Peran perempuan tidak bisa dianggap remeh.
Saat itu peranan
perempuan tidak hanya menghadapi para musuh namun mereka menjadi salah satu
bagian penting dalam aksi peperangan contohnya mengobati prajurit yang terluka
dan membawa minum uang para pejuang.
Ada beberapa
sahabat perempuan yang sering disebut sebagai ibunda para syuhada. Hal ini
dinisbatkan kepadanya lantaran putra-putranya yang gugur dalam peperangan.
Beliau adalah Afra’ binti Ubaid.
Nama lengkapnya
Afra’ binti Ubaid bin Tsa’labah bin Ghanmin bin Malik bin An-Najjar
al-Anshariyah. Beliau berasal dari Bani Najjar. Ibunya bernama Ru’at binti
‘Adiy bin Sawad. Afra’ merupakan ibu dari tujuh anak laki-laki.
Kisah putranya
banyak dikenal dalam sejarah Islam sebagai tujuh bersaudara yang gugur dalam
perang badar. Beliau termasuk sahabat perempuan awal yang masuk Islam dan
langsung dibaiat oleh Rasulullah.
Beliau mendatangi
Madinah tahun 11 sebelum hijrah. Ketika itu Rasululah lewat dan mendatangi
sekelompok pemuda yang ada saat itu. Salah satunya putra dari Afra’ yaitu Auf
bin Afra’.
Beliau menikah
dengan Haris bin Rifa’ah bin Haris bin Sawad. Dari pernikahan ini beliau
dikaruniai tiga seorang putra yaitu Mu’adz, Muawwidz dan Auf.
Namun suaminya
menceraikan beliau dan akhirnya menikah dengan Bukair bin Abdul Lail al-Laitsy.
Dari pernikahan ini
beliau dikarunia empat anak. Mereka adalah Aqil, Khalid, Iyas dan Amir. Keempat
putra beliau menjadi kelompok yang pertama dibaiat Rasulullah di Mekkah.
Dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala’ disebutkan mengenai keutamaan Afra’. Beliau salah satu sahabat
perempuan yang tangguh. Beliau sabar dan tegar ketika mendengar ketujuh
putranya yang wafat dalam perang badar.
Keutamaan putranya
banyak diceritakan oleh Rasulullah. Salah satunya yang disebutkan dalam suatu
riwayat dari Abdurrahman bin ‘Auf ra, dia berkata, “Ketika aku berdiri dalam barisan
tentara pada saat Perang Badar, aku melihat kesamping kanan dan kiriku dan
ternyata aku berada diantara dua anak muda dari kaum Ansor, padahal sebelumnya aku
berangan-angan berada diantara dua orang yang lebih kuat daripada mereka
berdua. Kemudian salah seorang dari keduanya memberi isyarat kepadaku dengan
matanya seraya berkata: “Wahai paman, apakah paman mengetahui orang yang
bernama Abu Jahal?” Aku menjawab :”Ya, lantas apa keperluanmu dengannya?’ Dia
menjawab : “Aku mendapat kabar bahwa dia telah mencela Rasulullah. Demi Dzat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika aku melihatnya maka diriku tidak akan
berpisah darinya sampai ada diantara kami yang menemui ajalnya.”
Abdurrahman
melanjutkan: “Aku
terkejut mendengarnya. Lalu anak muda yang satu lagi memberi isyarat kepadaku
dengan matanya seraya mengatakan perkataan yang sama. Tidak lama setelah itu,
aku melihat Abu Jahal bergerak diantara kerumunan pasukan Quraisy. Maka aku
berkata kepada keduanya, ‘Tidaklah kalian lihat, itulah orang yang kalian
tanyakan kepadaku tadi’.”
Abdurrahman
melanjutkan “Maka
mereka berdua langsung memburu Abu Jahal dan memukulkan pedang mereka hingga
akhirnya mereka berdua dapat membunuhnya. Kemudian setelah itu, mereka berdua
pergi menemui Rasulullah dan memberitahukan hal tersebut kepada beliau.”Maka beliau bertanya, “Siapakah
diantara kalian bedua yang telah membunuhnya?” Masing-masing dari mereka menjawab : “Akulah yang telah membunuhnya”. Maka Rasulullah bersabda, “Apakah
kalian berdua telah membersihkan pedang kalian?” Mereka menjawab: “Belum”. Beliau pun melihat kedua pedang itu lalu bersabda “Kalian berdua yang telah membunuhnya”. Kemudian beliau memberikan harta rampasan yang diambil dari musuh yang
terbunuh kepada Mu’adz bin Amr bin Jamuh. Sedangkan kedua anak muda itu adalah
Mu’adz bin Amru bin Jamuh dan Ma’udz bin ‘Afra”.
Seperti yang
disebutkan dalam riwayat dalam kitab Shahih
Muslim
“Anas bin Malik berkata, Rasulullah
bersabda “Siapakah yang sanggup mengabarkan kepada aku keadaan Abu Jahal ?”
Maka berangkatlah Ibnu Mas’ud dan didapatinya Abu Jahal telah dipukul roboh
oleh dua orang anak Afra’ sehingga tidak berdaya. Kemudian dia memegang
jenggotnya seraya berkata, kamukah Abu Jahal? Abu Jahal menjawab, “Apakah ada
yang lebih mulia dari orang yang telah kalian bunuh selain aku, atau orang
yang dibunuh oleh kaummnya.”
Itulah rasa cinta
yang ditumbuhkan oleh para ibu di dalam diri anak-anaknya. Betapa besarnya
keberanian kedua pemuda itu yang bertekad untuk menolong dan membela agamanya.
Comments
Post a Comment