Abu Dujanah Simak bin Kharasha merupakan salah satu sahabat Nabi
Muhammad SAW yang sangat taat pada Allah SWT. Pria yang berasal dari kabilah
Khazraj ini hidup serba kekurangan.Kisah hidupnya membekas di hati Rasulullah.
Bahkan, Rasulullah pernah menangis setelah mendengar cerita kelaparan yang
dialami keluarga Abu Dujanah.
Suatu hari, Rasulullah menegur Abu Dujanah karena setiap usai
menjalankan ibadah salat subuh berjamaah, dia langsung pulang ke rumah. Abu
Dujanah tak pernah menunggu pembacaan doa yang dipanjatkan Rasulullah selesai."Hai,
apakah kamu ini tidak punya permintaan yang perlu kamu sampaikan pada Allah SWT
sehingga kamu tidak pernah menungguku selesai berdoa. Kenapa kamu buru-buru
pulang begitu? Ada apa?" tanya Nabi.
"Ya Rasulullah, kami punya satu alasan," jawabnya.
"Apa
alasanmu? Coba kamu utarakan!" perintah Nabi.
"Begini.
Rumah kami berdampingan persis dengan rumah seorang laki-laki. Nah, di atas
pekarangan rumah milik tetangga kami ini, terdapat satu pohon kurma menjulang,
dahannya menjuntai ke rumah kami. Setiap kali ada angin bertiup di malam hari,
kurma-kurma tetanggaku tersebut saling berjatuhan, mendarat di rumah
kami," kata Abu Dujanah mulai bercerita.
"Ya
Rasul, kami keluarga orang yang tak berpunya. Anakku sering kelaparan, kurang
makan. Saat anak-anak kami bangun, apa pun yang didapat, mereka makan. Oleh
karena itu, setelah selesai salat, kami bergegas segera pulang sebelum
anak-anak kami tersebut terbangun dari tidurnya. Kami kumpulkan kurma-kurma
milik tetangga kami tersebut yang berceceran di rumah, lalu kami haturkan
kepada pemiliknya," sambungnya.
Abu Dujanah melanjutkan, suatu saat dia terlambat pulang ke rumah.
Anaknya terbangun dan menemukan kurma tetangga yang jatuh dari pohonnya. Tak
menunggu lama, sang anak langsung memakan kurma tersebut.
"Mata
kepala saya sendiri menyaksikan, tampak ia sedang mengunyah kurma basah di
dalam mulutnya. Ia habis memungut kurma yang telah jatuh di rumah kami semalam.
Mengetahui itu, lalu jari-jari tangan kami masukkan ke mulut anakku itu. Kami
keluarkan apa pun yang ada di sana," jelasnya.
Abu
Dujanah tak pernah membiarkan anaknya memakan kurma milik orang lain. Dia tak
ingin makanan haram itu menyebabkan keluarganya mendapat siksaan pedih di
akhirat kelak.
"Kami
katakan, ‘Nak, janganlah kau permalukan ayahmu ini di akhirat kelak.’ Anakku
menangis, kedua pasang kelopak matanya mengalirkan air karena sangat kelaparan.
Wahai Baginda Nabi, kami katakan kembali kepada anakku itu, ‘Hingga nyawamu
lepas pun, aku tidak akan rela meninggalkan harta haram dalam perutmu. Seluruh
isi perut yang haram itu, akan aku keluarkan dan akan aku kembalikan bersama
kurma-kurma yang lain kepada pemiliknya yang berhak’."
Pandangan mata Rasulullah langsung berkaca-kaca mendengar
pengakuan Abu Dujanah. Butiran air mata mulianya berderai begitu deras.
Rasulullah
mulai mencari tahu siapa sebenarnya pemilik pohon kurma yang dimaksud Abu
Dujanah. Abu Dujanah pun menjelaskan, pohon kurma tersebut milik seorang
laki-laki munafik.
Tanpa
basa-basi, Nabi Muhammad SAW mengundang pemilik pohon kurma. Rasulullah menawar
pohon kurma dengan harga yang sangat tinggi.
"Bisakah
tidak jika aku minta kamu menjual pohon kurma yang kamu miliki itu? Aku akan
membelinya dengan sepuluh kali lipat dari pohon kurma itu sendiri. Pohonnya
terbuat dari batu zamrud berwarna biru. Disirami dengan emas merah, tangkainya
dari mutiara putih. Di situ tersedia bidadari yang cantik jelita sesuai dengan
hitungan buah kurma yang ada," kata Rasulullah.
Pria munafik itu lantas menjawab dengan tegas, "Saya tak
pernah berdagang dengan memakai sistem jatuh tempo. Saya tidak mau menjual apa
pun kecuali dengan uang kontan dan tidak pakai janji kapan-kapan.”
Tiba-tiba,
Abu Bakar as-Shiddiq datang. Ia menegaskan langsung melunasi pembayaran pohon
kurma tersebut.
"Ya
sudah, aku beli dengan sepuluh kali lipat dari tumbuhan kurma milik Pak Fulan
yang varietasnya tidak ada di kota ini (lebih bagus jenisnya)," ujar Abu
Bakar.
Pria
munafik terlihat sangat kegirangan. Dia akhirnya menyerahkan pohon kurma secara
simbolis kepada Abu Bakar. Selanjutnya Abu Bakar menyerahkan pohon kurma kepada
Abu Dujanah.
Rasulullah kemudian bersabda, "Hai Abu Bakar, aku yang
menanggung gantinya untukmu.”
Mendengar
sabda Nabi ini, Abu Bakar bergembira bukan main. Begitu pula Abu Dujanah.
Sedangkan si munafik berlalu. Dia berjalan mendatangi istrinya, lalu
menyampaikan kisah yang baru saja terjadi.
“Aku
telah mendapat untung banyak hari ini. Aku dapat sepuluh pohon kurma yang lebih
bagus. Padahal kurma yang aku jual itu masih tetap berada di pekarangan
rumahku. Aku tetap yang akan memakannya lebih dahulu dan buah-buahnya pun tidak
akan pernah aku berikan kepada tetangga kita itu sedikit pun," ucapnya.
Malamnya,
si munafik tertidur pulas. Keesokan harinya dia bangun dan melihat pohon kurma
sudah berpindah posisi, kini berdiri di atas tanah milik Abu Dujanah.
Seolah-olah tak pernah sekalipun tampak pohon tersebut tumbuh di atas tanah si
munafik. Tempat asal pohon itu tumbuh, rata dengan tanah. Dia keheranan tiada
tara.
Comments
Post a Comment